Fajar beum juga bertemu mentari
Petir mulai mengusik mimpi
Seketika terbesit kenangan hujan
Memori daun pisang dengan sejuta angan
Segerombolan kaki-kaki kecil berlarian
Kala percik-percik gerimis kembali menyapa
Menyambut tangisan langitÂ
Bersama tawa yang enggan pergi
Menghirup setiap tetes hujan yang menimpa seragam merah putih yang tak lagi rapih
Menikmati alunan rintik yang membius
Mengabaikan gigil yang hendak merasuk
Merutuki jarak yang kian mendekat
Sesosok perempuan yang tak lagi asing
Dengan ciri khas suaranya yang nyaring
Bersiap dengan ocehan khawatir
Bersama handuk yang siap mendekap
Tak ada  yang lebih candu dari hujan kala itu
Berlarian tanpa memikirkan malu
Menari-nari mengagumi rinai rintiknya
Tanpa perlu sibuk memungut puing-puing kenangan