Mohon tunggu...
Elsa K. Filimdity
Elsa K. Filimdity Mohon Tunggu... S1 Fakultas Teologi, Penulis, Seniman, Atlit.

Elsa K. Filimdity, S.Si Teol, adalah mahasiswi lulusan Fakultas Teologi UKSW strata 1. Aktif berorganisasi sejak SMP, menjadi Ketua OSIS SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru selama 2 periode, Ketua OSIS SMA Negeri 1 Dobo (sekarang SMA Negeri 3) 2016/2017. Ketua Forum Anak Jargaria (FAJAR), Pengurus Forum Anak Maluku Manisse 2017-2019. Sekretaris 2 Kwarcab Aru, BPMF Fakultas Teologi 2 Periode pada Komisi C dan menjadi Ketua HIPMMA Salatiga 2 periode, 2020-2022 dan sekarang menjabat sebagai Ketua Walang GPM UKSW. Selain aktif di organisasi, segudang prestasi yang diraih ialah, mewakili Kepulauan Aru sebagai Atlit Catur 2010, mewakili provinsi Maluku untuk Volly Ball Puteri di Jakarta 2014, mewakili Klasis GPM Aru untuk Baku Dapa Anak Remaja GPM, Saumlaki 2015, mewakili Kepulauan Aru untuk Musicalisasi Puisi di Ambon 2016, menjadi Duta Anak Maluku pada Forum Anak Indonesia, Riau 2017. Aktif mengikuti pramuka dengan menjadi: Anggota Saka Bahari dan Anggota Saka Bhayangkara Kepulauan Aru. Hobby: Menulis, Bermain Alat Music (Piano, Suling, Gitar), Cipta Lagu & Puisi, serta olahraga Volly dan Catur.

Selanjutnya

Tutup

Diary

PAULUS DI UFUK TIMUR: MEMBANGUN INDONESI TANPA SEKAT ETNISITAS DAN AGAMA (Jejak Injil Pdt Dr. Rudolf Rahabeat, M.Hum di Usia Emas 50 Tahun)

20 Maret 2025   21:07 Diperbarui: 20 Maret 2025   21:07 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: terasmaluku.com dan editan penulis)

Pendeta Dr. Rudy Rahabeat, M.Hum. Sering saya sapa dengan Bapa Rudy. Sosok hamba Tuhan yang rendah hati, humoris dan gesit. Kerendahan hati seorang Pendeta Rudy Rahabeat selalu terpancar dari senyumnya yang sumringah menyambut siapapun: tua, muda, besar, kecil, tanpa pandang bulu sikapnya yang ramah selalu merangkul siapapun. Itulah kesan saya yang mengenal beliau sejak Septermber 2022 saat para pendeta GPM sedang melakukan kegiatan di UKSW dan beberapa tempat di sekitar Jawa Tengah. Kami para mahasiswa yang kala itu diajak berjumpa dalam keakaban Ade-Kaka Pendeta: pertemuan antara para pendeta dengan semua mahasiswa Teologia UKSW di Laras Asri membawa saya pada suatu pandangan dan kesan dalam melihat sosok yang tidak berlebihan saya sebut sebagai "Paulus di Ufuk Timur".

Tidak hanya itu beberapa kali Bapa Udi selalu ramah ketika diajak diskusi. Saya sebagai mahasiswa S1 Teologia yang kala itu baru menyelesaikan studi merasa sangat dirangkul untuk berdiskusi dalalm beberapa kali baik dalam diskusi Walang Teologi GPM UKSW, diskusi tentang mahasiswa teologia, bahkan hal-hal advokat pada beberapa anak GPM yang kesulitan dalam melanjutkan studi, beliau ditengah kesibukannya sebagai pendeta tetapi juga pada jabatan struktural sebagai Wakil Sekretaris Umum Sinode GPM, selalu memberi ruang untuk mendengarkan dan memberi arah bagi kami. Oleh sebab itu diksi "Paulus" adalah kesan saya terhadap beliau yang sungguh bagi saya patut untuk di teladani secara khusus bagi semua orang yang terpanggil sebagai pelayan.

Siapa yang tidak mengenal Paulus? Sosok yang sangat dikagumi atas tindakannya yang nyata dalam menulis dan membuahkan Injil.  Dari 27 kitab di perjanjian Baru salah satu tokoh gereja atau rasul yang sangat banyak menulis kepada jemaat ialah Rasul Paulus, orang yang dipilih karena anugerah Kristus pada pintu gerbang Damsyik. Kata Paulus dipilih bukan untuk menggambarkan bahwa Pendeta Rudy Rahabeat adalah pendeta yang memiliki banyak tulisan seperti Paulus meskipun memang itu adalah sebagain fakta dari jejak beliau yang sangat mahir dan tekun dalam menulis bahkan seni. Namun lebih dari pada itu dengan kata Paulus dapat memudahkan semua kita untuk melihat lebih jauh jejak seorang hamba Tuhan yang melayani di Gereja Protestan Maluku (GPM), sebuah gereja dengan wilayah yang sangat luas terbentang dari Utara sampai selatan bahkan tenggara jauh.

Saya tidak sedang mencocoklogikan sosok Paulus dengan sosok Pendeta Rudi Rahabeat, hanya saja izinkan saya untuk membawa pembaca sekalian untuk melihat jejak Pendeta Rahabeat yang menurut saya jejaknya seperti seorang Paulus yang tidak hanya memberitakan Injil tetapi menghidupinya dalam tindakan bahkan tulisannya yang merangkul semua etnisitas, golongan bahkan kepercayaan. Paulus dikenal dengan sikapnya yang inklusif terhadap siapapun, setiap surat yang ditulisnya selalu menggaungkan hidup di dalam Kristus tanpa sekat. Tidak ada lagi orang Yahudi, orang Non-Yahudi, Romawi bahkan Yunani. Semuanya sama dimata Allah. Pekerjaan ini secara serius dilakukan oleh Pendeta Rudy Rahabeat dalam pelayanannya sebagai hamba Tuhan di GPM bahkan dalam setiap catatan dan tulisan bahkan seni yang beliau ukir.

Saya berani bertaruh, para pembaca sekalian tidak akan kesulitan mencari referensi jejak tulisan seorang Pendeta Rudy Rahabeat. Dalam platfrom apapun, beliau selalu berusaha untuk menanam dan merawat buah injil dengan tulisan-tulisannya yang merangkul semua insan untuk bertanggungjawab menghadirkan injil melalui tugas dan panggilan sebagai Orang Indonesia bahkan orang Kristen Indonesia. Dua kalimat ini berbeda namun memiliki esensi yang sama. Bahwa kita tidak pernah dapat memilih mau jadi orang apa dalam hidup ini namun panggilan sebagai Indonesia adalah wujud yang penting untuk dijewentahkan sebab tidak ada yang kebetulan untuk menjadi Indonesia. Tulisan-tulisan dan catatan-catatan beliau esensinya adalah mengingatkan dan memangil semua orang di Indonesia secara umum bahkan Maluku-Maluku Utara secara khusus untuk serius merawat Injil di Bumi Pancasila.

Hal ini dibuktikan dalam salah satu kerja keras beliau pada Disertasi Doktoral Univeristas Indonesia dengan judul: "Kelenturan Relasi dan Rasa Keterhubungan Dalam Ruang Pluralitas Studi Antropologis Terhadap Etnis Bugis dan Etnis Ambon di Maluku" mengutip apa yang disampaikan beliau dalam tulisan "Semua Karena Kasih Karunia, Cerita Menggapai Doktor Antropologi" pada platfrom tulisan digital terasmaluku.com, 7 Agustus 2021. Studi ini mengkaji hubungan antar-etnis, khususnya orang Bugis yang telah hidup bertahun-tahun di Ambon. Bagaimana terjadi proses saling memberi dan menerima (take and give) antara orang Bugis dan orang Ambon. Bagaimana dinamika hubungan dan kerjasama yang terbangun di sektor ekonomi, agama, pendidikan dan sosial. Semua ini dibingkai dalam kesadaran bahwa kita semua adalah perantau atau orang asing di dunia ini, dan kita terpanggil untuk membangun hubungan, kolaborasi dan kolaborasi lintas agama, lintas suku, lintas ilmu dan lintas institusi demi menghadirkan kesejahteraan bagi semua ciptaan.

Tulisan ini adalah sumbangsih penting dalam merawat Injil di Maluku-Maluku Utara. Sadar ataupun tidak beliau sedang meruntuhkan sekat-sekat etnisitas tetapi juga keyakinan agama yang pada beberapa waktu lalu mengalami gumul hebat. Konflik Maluku 1999 menabur luka namun menuai damai. Dan pekerjaan itu dilakukan dengan tekun oleh seorang Paulus di Ufuk Timur: Pendeta Rudy Rahabeat. Beliau terus menggaungkan dan menjadikan Maluku-Maluku Utara sebagai laboraturium perdamaian bagi Indonesia bahkan Dunia. Hemat saya sikap ini lahir dari pengalaman beliau di masa ketika menjajaki pengalaman organisasi di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) sebagai Sekretaris Badan Perwakilan Mahasiswa, kemudian Sekretaris Fakultas Senat dan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teologi UKIM Ambon. Bahkan perjalanan dalm memperjuangkan reformasi Indonesia menjelang akhir studi pada tahun 1998 membawa beliau untuk menjajaki berbagai kota di Jawa seperti Surabaya, Solo, Salatiga, Yogyakarta, dan Jakarta. Perjuangan reformasi, bahkan jejak dalam menimbah ilmu pengetahuan pada S2 program Magister Ilmu Religi Budaya Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta bahkan melaju pada S3 Antropologi di UI adalah adalah cara Tuhan membentuk seorang Rudy Rahabeat menjadi hambanya yang serius menggaungkan perdamaian dalam setiap jeri juang dan langkahnya.

Maka benar refleksi yang beliau tuliskan pada terasmaluku.com diatas bahwa Semua Karena Kasih Karunia. Ya, semuanya hanya karena kasih Karunia Allah, yang membawa seorang anak kampung dari seorang Ayah Dominggus Rahabeat (alm) dengan pekerjaannya sebagai mantri pertanian dan seorang tiang doa yang kuat sampai hari ini yaitu Ibu Christina Poceratu untuk membesarkan seorang anak hebat yang lahir di Batu Dua, Negeri Hatu Katuru Hena Mantelu pada 20 Maret 1975 dan hari ini berusia 50 tahun di tahun 2025. Perjalanan lebih lengkap yang beliau tuliskan pada https://terasmaluku.com/headline/2021/08/07/semua-karena-kasih-karunia-cerita-menggapai-doktor-antropologi-oleh-rudy-rahabeat/ dapat dibaca sebagai sebuah refleksi cinta Allah kepada beliau. Dan hari ini diusia emas adalah sebuah anugerah yang patut di syukuri, namun tidak hanya itu saya piker membaca Kembali tulisan dan catatan serta juang dan pelayanan yang beliau lakukan adalah hal yang patut diteladani.

Jejak seorang pendeta Rudy Rahabeat lantang seperti Paulus yang terus berdiri menggaungkan suara dari timur untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang hidup tanpa sekat etnisitas dan keyakinan agama. Saya berharap pekerjaan ini terus dilakukan Bapa Rudy agar gumul bangsa ini dalam menjaga Bhineka Tunggal Ika terus menjadi doa yang dikerjakan dengan sungguh. Seperti Paulus yang terus bekerja sepanjang hayat hidupnya dengan menulis, bekerja dengan tekun dan berdoa dengan sungguh dalam merobohkan sekat-sekat dinding antara etnis Yahudi dan Non-Yahudi, demikianlah Rudy Rahabeat dengan seluruh juang dan pelayanannya terus menyuarakan hal yang serupa. Judul dari tulisan ini memang tidak spesifik Maluku sebab bagi saya beliau tidak hanya menggaungkan itu bagi Maluku-Maluku Utara tetapi semua Batasan suku, golongan, ras bahkan agama lahir dari karya-karyanya yang luarbiasa. Ada tulisan tentang GMIM (Gereja Masehi Injil Minahasa) ada tulisan untuk basudara Muslim Indonesia, ada tulisan dari Kesultanan Ternate, pendidikan, isu-isu sosial dan kemanusiaan dan masih banyak lagi hal serupa yang terus beliau kerjakan dalam doa yang kusyu kepada Sang Pemberi Hidup.

Akhirnya selamat menikmati cinta kasih Tuhan yang tidak pernah berkesudahan. Di usia yang emas saya percaya semua orang, umat dan pelayan terus mendoakan yang terbaik bagi Bapa Pendeta Rudy Rahabeat dan keluarga. Kiranya Tuhan Yesus Sumber hidup itu selalu menolong, menopang dan menguatkan dalam mengerjakan hal-hal baik bagi Maluku-Maluku Utara dan bagi Indonesia tercinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun