(Bag 2)Â
Yup, sesuai janji, saya akan melanjutkan cerita seru saat mengikuti pelatihan dan pemantapan Konservasi bertajuk BEC 2025 di Taman Wisata Alam Gunung Baung yang digelar selama 3 hari berturut-turut.Â
Cekidot, yaa...
Awalnya saya mengira BEC 2025 sekadar kegiatan kemping biasa. Eits, ternyata di luar prediksi. BEC 2025 sungguh sarat ilmu. Orang awam yang minim pengetahuan seputar dunia konservasi seperti saya, merasa sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan semacam ini. Apalagi BEC 2025 menghadirkan narasumber-narasumber andal di bidangnya yang sama sekali tidak pelit berbagi ilmu.Â
Mengintip Keberadaan Lutung Jawa dan Monyet Ekor Panjang
Jika pada artikel sebelumnya saya menceritakan keseruan meneliti silsilah tanaman bambu yang ternyata "bukan termasuk pohon", sekarang saya ingin berbagi cerita perihal satwa penghuni TWA Gunung Baung.Â
TWA Gunung Baung dihuni dua satwa liar yang dilindungi yakni Lutung Jawa (Trachiphytecus Auratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis). Jumlah populasi Lutung Jawa sekitar puluhan ekor. Sedang Monyet Ekor Panjang lebih banyak, sekitar ratusan ekor. Data ini saya peroleh dari Mas Andi Iskandar selaku penanggung jawab TWA Gunung Baung.
Nah, di hari kedua BEC, para peserta dibangunkan pagi-pagi untuk mengikuti kegiatan jelajah alam. Sekitar pukul 07.30 WIB kami turun dari Pendopo Baung menyisir hutan bambu untuk menuju anjungan yang telah disediakan. Oh, ya, anjungan ini menghadap langsung ke arah Gunung Baung yang berdiri megah. Dari tempat ini kita bisa menyaksikan keindahan panorama alam sekaligus mengintip keberadaan lutung dan monyet melalui binocular.