Selain menutupi rasa malu, alasan lain yang bersifat klise adalah demi menjaga martabat keluarga, terutama orang tua. Juga demi menjaga perasaan anak-anak (jika sudah memiliki anak).Â
Keengganan melaporkan tindak KDRT ini pernah terjadi pula pada diri saya.
Cerita selengkapnya begini.
Beberapa tahun silam, ketika itu anak-anak masih kecil, saya sering mengalami tindak KDRT. Nyaris setiap hari pukulan, tamparan, tendangan, cekikan, mampir di tubuh saya.
Suatu saat terlintas dalam pikiran untuk melaporkan keadaan yang saya alami kepada polisi. Tapi kemudian pikiran itu mandeg, tertimbun oleh beragam pertimbangan. Utamanya rasa malu.Â
Malu jika rumah tangga yang kelihatan harmonis dan baik-baik saja ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.Â
Atau jangan-jangan kala itu saya terlalu mencintai pasangan (bucin)?
Bisa jadi.
Lantas dengan menjaga malu dan terus menerus berpura-pura harmonis apakah bisa menyelesaikan masalah?Â
Nyatanya tidak. Malu bertanya sesat di jalan. Malu melaporkan KDRT, hasilnya bonyok-bonyok di seluruh badan.Â
Itulah sebab saya salut kepada Mbak artis yang berani melaporkan tindak KDRT yang dialaminya kepada pihak polisi. Sekalipun pada akhirnya si Mbak artis mencabut laporannya itu.Â