Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gulai Kambing untuk Ayah

12 Juli 2022   17:21 Diperbarui: 13 Juli 2022   12:53 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image:/www.shutterstock.com/th/image-vector/man-silhouette-profile-picture-vector-151265393

***
Ibu dan kedua tamunya menikmati hidangan gulai kambing tanpa kehadiranku. Aku memilih masuk ke dalam kamar, mengunci pintu rapat-rapat lalu duduk menghadap jendela yang terbuka.

Kubiarkan mata dan hati menjelajah birunya langit. Seraya mencari-cari jawaban atas beragam pertanyaan yang berkecamuk di dalam benak.

Bagaimana bisa ibu bersikap sedemikian sabar terhadap ayah dan madunya? Tidakkah batinnya terluka karena ayah telah berbagi hati?

"Sejatinya tidak ada seorang perempuan pun di dunia ini yang rela dimadu, Ning. Tapi ketika hal itu menimpa ibu, tentu ibu harus ikhlas. Barangkali ini sudah menjadi suratan takdir." Suatu hari ibu pernah berkata demikian.

"Bukankah takdir masih bisa diubah, Bu?" Aku menatap jauh ke kedalaman mata ibu sebagai bentuk protes atas kepasrahannya.

"Cinta, Ning. Cinta-lah yang menjadi penyebab mengapa kita enggan mengubah takdir itu. Meski sebenarnya kalau mau, kita bisa." Ibu balas menatapku. 


Sesaat hening menguasai. Kami sama-sama terdiam.

Ketukan pada pintu membuatku bangkit dari lamunan panjang. Kupikir yang datang itu pastilah ibu.

Tapi ternyata dugaanku salah.

"Ning, ayah pamit pulang, ya. Terima kasih atas jamuan gulai kambingnya. Enak sekali. Ayah sampai tak bisa berhenti makan. Nambah terus."

Pria yang sejak dulu ingin sekali kumaafkan itu berdiri di ambang pintu. Senyumnya mengembang dan matanya berbinar menatapku. Aku tidak menyahut, hanya mengangguk kecil sebagai respon bahwa aku 'sedikit peduli' padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun