Tahukah engkau?
Terkadang aku masih suka mengumpulkan remah-remah kenangan. Yang tercecer rapi di sepanjang pematang hati dan pikiran.
Katamu, pagi itu kauakan pergi menjerat matahari, meletakkannya di sudut kamar kita. Lalu menjadikannya lampu baca saat pekat dan gulita mengetuk pintu untuk singgah.
Katamu lagi, kelak jika langkahmu terayun menuju pulang, kita akan menghabiskan seribu satu malam. Dengan menamatkan buku-buku tua yang berisi sajak-sajak gurindam. Milik para Mpu. Yang huruf-hurufnya nyaris raib tergerus oleh waktu.
Ya. Di sini sesekali aku masih suka mengumpulkan remah-remah kenangan itu. Yang lambat laun dingin dan membeku. Menjelma menjadi kristal bermanik asa abu-abu.Â
Tidakkah kautahu itu?
***
Malang, 12 Mei 2022
Lilik Fatimah Azzahra