Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lipstik, Sejarah Panjang dan Tips-tips Aman Memilihnya

12 Oktober 2021   15:58 Diperbarui: 14 Oktober 2021   01:04 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lipstik. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Ketika pertanyaan ini dilemparkan, jika Anda seorang perempuan, apakah keberadaan lipstik di atas meja rias atau tas bepergian Anda merupakan suatu keharusan?

Secara umum jawabannya adalah ya!

Yup. Sebagian perempuan memang beranggapan, lipstik merupakan kebutuhan penunjang penampilan yang tidak boleh ketinggalan. Sebab lipstik diyakini mampu meningkatkan rasa percaya diri.

Oh, ya, ngomong-ngomong, kapan pertama kali Anda mengenal dan memulaskan lipstik pada bibir Anda?

Kalau saya, sekitar kelas 4 SD.

Hah? Sekecil itu sudah mengenal dan memakai lipstik?

Iya, betul. Saya mengenal kosmetik ini dari guru tari saya. Karena sering tampil di panggung mengisi berbagai momen, misalnya peringatan HUT RI, pelepasan kakak kelas, atau peringatan hari besar lainnya, mau tidak mau saya harus didandani, salah satunya adalah dengan menyapu lipstik pada bibir saya agar tampil wah!

Sejarah Panjang Lipstik

Tahukah Anda bahwa lipstik atau gincu memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang?

Dilansir dari beberapa sumber, bahwa sejarah ditemukannya lipstik dimulai dari bangsa Sumeria sekitar 50 abad silam.

Bangsa ini menemukan metode meramu lipstik terbuat dari bahan baku alami, seperti permata yang ditumbuk halus bersama timah putih yang kemudian diaplikasikan ke wajah, terutama di bagian bibir dan mata.

Bukan hanya bangsa Sumaria, penduduk Mesir Kuno termasuk Ratu Cleopatra, juga dipercaya sebagai pelopor terciptanya kosmetik lipstik.

Meski di era Ratu Cleopatra lipstik hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu, yakni para kaum elit baik pria maupun wanita sebagai simbol tingkatan status sosial mereka.

Image by idva.com
Image by idva.com

Lipstik yang dibuat di zaman Mesir Kuno ini menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam sekitar, seperti serangga (kumbang dan semut), bunga-bungaan, tanah liat merah, lilin lebah dan sisik ikan.

Oh, ya. Perihal sisik ikan, bahan ini dipergunakan sebagai campuran agar lipstik tampak berkilau.

Lipstik Merah dan Perbedaan Pemaknaannya

Sejak diciptakan, lipstik memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Selain dianggap sebagai simbol kecantikan dan klaim strata sosial, lipstik pernah juga mengalami pemaknaan yang kurang baik.

Pada masyarakat Yunani Kuno misalnya, kehadiran lipstik warna merah diasosiasikan sebagai kosmetik yang hanya pantas dipakai oleh para perempuan tuna susila.

Image by Shutterstock
Image by Shutterstock

Lucunya lagi, para perempuan penyandang tuna susila tersebut wajib memakai lipstik warna merah. Jika tidak, mereka akan mendapat hukuman berat.

Dan, bahan baku lipstik yang digunakan pun cukup unik, yakni campuran antara zat pigmen warna merah, keringat domba dan kotoran buaya.

Lain Yunani lain pula Romawi dalam memaknai kehadiran lipstik. Pada masyarakat Romawi lipstik hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan. Masyarakat biasa jangan coba-coba ikut memakai lipstik. Mereka bisa mendapat peringatan keras hingga menerima hukuman.

Perjalanan Lipstik di Abad Pertengahan hingga Abad ke-19

Pada era abad pertengahan kehadiran lipstik justru memberi kesan menakutkan. Para perempuan yang memoles bibir mereka dengan lipstik dianggap penyembah setan atau pengikut para penyihir.

Lipstik baru mendapat posisi lebih baik ketika Ratu Elizabeth I menampilkan ciri khas tata rias wajahnya dengan sapuan lipstik warna merah.

Namun, memasuki abad ke-19, penggunaan riasan mencolok kembali dianggap tabu bagi perempuan terhormat di wilayah Inggris. Terutama lipstik merah yang terlanjur diidentikkan dengan perempuan kelas tuna susila dan seniman panggung.

Sampai seorang aktris bernama Sarah Bernhardt membuat kehebohan besar di akhir abad ke-19.  Sarah memberanikan diri menggunakan lipstik merah merona untuk tampil ke hadapan publik.

Lipstik Merah Simbol Perlawanan dan Rasa Patriotisme

Bicara soal lipstik merah, kabarnya Adolf Hitler yang arogan itu sangat membenci warna lipstik ini. Apa sebab? 

Ya. Hitler mencurigai lipstik merah sebagai simbol adanya suatu perlawanan terhadap pemerintahannya yang fasisme.

Selain dianggap sebagai simbol perlawanan, lipstik merah juga diyakini mampu menumbuhkan rasa partriotisme.

Saking yakinnya, sekitar tahun 1941 para perempuan yang tergabung dalam Angkatan Darat AS wajib memoles bibir mereka dengan lipstik merah sebelum ikut terjun ke medan perang.

Nasib Lipstik di Masa Kini

Setelah melewati perjalanan panjang dengan berbagai asumsi, seiring berjalannya waktu lipstik mulai menemukan jati dirinya kembali sebagai penunjang kecantikan paripurna seorang perempuan.

Lipstik tidak lagi dianggap barang mewah yang hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Lipstik sudah menjadi barang konsumtif yang bisa dimiliki oleh siapa saja dari segala strata maupun golongan.

Tips Memilih Lipstik yang Sehat dan Aman 

Ada loh, perempuan yang mengoles bibir mereka dengan lipstik lebih dari 5 kali dalam sehari. Semisal sesudah sarapan, ia mengoles lipstik. Sesudah ngemil, oles lagi. Sesudah makan siang, minum ini itu, oles lagi dan lagi.

Dan, tidak terpikir bukan, seberapa banyak zat yang ada pada lipstik yang tanpa sengaja ikut tertelan?

Untuk menambah wawasan, yuk, kita cari tahu apa saja bahan-bahan baku lipstik yang tergolong aman bagi kesehatan. Jadi semisal ikut tertelan tidak akan menimbulkan bahaya serius.

Pilih Lipstik Berbahan Alami

shutterstock.com
shutterstock.com

Pada dasarnya, bahan baku lipstik terbuat dari lilin, minyak, zat pewarna dan pelembab bibir. Zat-zat inilah yang harus diperhatikan sebelum memutuskan membeli lipstik yang baru.

Begini tips-tips memilih lipstik yang aman bagi kesehatan.

1. Pilih lipstik yang mengandung pelembab alami seperti seperti shea butter, coklat, minyak alpukat, dan lidah buaya.

2. Pilih lipstik yang terbuat dari minyak nabati yang terjamin kesehatannya seperti minyak castor, minyak chamomile, minyak zaitun dan minyak bunga matahari.

3. Pastikan bahan dasarnya terbuat dari lilin alami seperti candelilla, carnauba, atau beeswax.

4. Jika mengandung aroma, pilih lipstik yang terbuat dari aroma alami terbuat dari ekstrak vanila atau peppermint.

5. Pastikan lipstik yang Anda pilih mengandung Vitamin E, minyak daun teh, minyak neem, dan kayu manis yang berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan bibir.

6. Sekiranya lipstik menyajikan beragam warna, pilih lipstik berbahan dasar pewarna alami yang diambil dari sari pati tumbuh-tumbuhan.

7. Terakhir, temukan label: no animal testing pada kemasan lipstik dan perhatikan tanggal kadaluarsanya.

Salam sehat!

***

Malang, 12 Oktober 2021

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun