Bangsa ini menemukan metode meramu lipstik terbuat dari bahan baku alami, seperti permata yang ditumbuk halus bersama timah putih yang kemudian diaplikasikan ke wajah, terutama di bagian bibir dan mata.
Bukan hanya bangsa Sumaria, penduduk Mesir Kuno termasuk Ratu Cleopatra, juga dipercaya sebagai pelopor terciptanya kosmetik lipstik.
Meski di era Ratu Cleopatra lipstik hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu, yakni para kaum elit baik pria maupun wanita sebagai simbol tingkatan status sosial mereka.
Lipstik yang dibuat di zaman Mesir Kuno ini menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam sekitar, seperti serangga (kumbang dan semut), bunga-bungaan, tanah liat merah, lilin lebah dan sisik ikan.
Oh, ya. Perihal sisik ikan, bahan ini dipergunakan sebagai campuran agar lipstik tampak berkilau.
Lipstik Merah dan Perbedaan Pemaknaannya
Sejak diciptakan, lipstik memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Selain dianggap sebagai simbol kecantikan dan klaim strata sosial, lipstik pernah juga mengalami pemaknaan yang kurang baik.
Pada masyarakat Yunani Kuno misalnya, kehadiran lipstik warna merah diasosiasikan sebagai kosmetik yang hanya pantas dipakai oleh para perempuan tuna susila.
Lucunya lagi, para perempuan penyandang tuna susila tersebut wajib memakai lipstik warna merah. Jika tidak, mereka akan mendapat hukuman berat.