Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nawangwulan "Purik"

26 Juli 2021   06:29 Diperbarui: 26 Juli 2021   06:40 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak Ibu Ratu mencondongkan kepala, sedikit, keluar dari bingkai jendela kamar. Matanya yang sayu menatap ke kejauhan hingga sampai ke permukaan bumi. Dan, mata itu berhenti pada satu titik.

Dadanya sontak berdegup kencang.

Kilau itu masih ada! Kilau sendang yang menawan, yang membuatnya teringat pada sosok tampan lelaki bumi itu.

Kakang Tarub. Apakah keadaanmu baik-baik saja? Bumi saat ini sedang dilanda duka berkepanjangan. Pagebluk meraja lela. Orang-orang tengah sibuk berupaya melawan musuh yang tak terlihat oleh mata. Banyak sudah yang menyerah dan tumbang. Ah, semoga saja kau bisa melewati hari-harimu dengan aman.

Ibu Ratu menarik napas lebih panjang. Lamunannya terus menggeliat ke masa muda. Masa di mana ia memiliki nama yang sama dengan bidadari ragil. Dewi Nawangwulan.

Ya. Di istana kahyangan ada peristiwa unik yang dipastikan selalu berulang. Yakni kelahiran secara beruntun tujuh bayi bidadari setelah tujuh bidadari sebelumnya berusia tepat satu abad.

Uniknya lagi, enam bidadari tua akan mengasingkan diri ke dalam hutan untuk menjadi pertapa. Sedang satu bidadari ragil, didapuk menjadi Ibu Ratu mengawasi tujuh bidadari yang baru lahir.

Fase ini terjadi terus menerus semenjak kahyangan diciptakan. Dan, itu pula yang menjadikan kisah Jaka Tarub dan Nawangwulan terus melegenda.

Ibu Ratu tersenyum tipis. Ia adalah generasi ke sekian yang pernah turun ke bumi dan bertemu dengan Jaka Tarub. Akan halnya para bidadari pendahulunya - ia pun wajib mengulang kisah yang sama; tujuh bidadari mandi di sendang --- Jaka Tarub datang ---- mencuri salah satu selendang yang ternyata adalah miliknya.

Kisah berlanjut pada pernikahan antar makhluk berbeda tlatah, bumi dan kahyangan. Mereka pun dikarunia seorang anak. Meski pada akhirnya Dewi Nawangwulan harus kembali ke kahyangan setelah ia berhasil menemukan kembali selendang yang disembunyikan oleh Jaka Tarub, suaminya.

Kisah dipenggal sampai di situ. Orang-orang bumi lantas mempercayai satu hal, bahwa kemunculan bulan purnama adalah sesi temu kangen antara Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun