"Nanti kalau turun lagi ke bumi aku ikut ya, kak!" Ia teringat percakapannya kemarin dengan keenam bidadari. Tapi respon kakak-kakaknya membuat hatinya sedih dan kecewa.
"Maaf adikku sayang, kami tidak bisa mengajakmu turun ke sendang lagi. Kami masih kesal padamu. Ingat, tidak? Kita nyaris tidak bisa kembali ke kahyangan gara-gara ketelodaranmu." Kakak tertuanya menelengkan kepala sedikit. Dewi Nawangwulan sontak mengerucutkan bibir. Ia merasa terpojok ketika kakak-kakaknya mengungkit-ungkit masalah konyol itu.
Ya, memang. Ia telah berbuat satu kesalahan. Tapi bukankah itu terjadi tanpa disengaja?
Kronologinya seperti ini.Â
Suatu hari tujuh bidadari turun ke bumi. Seperti biasa mereka hendak bersenang-senang di Sendang Tarub. Sesampai di tepi sendang, Dewi Nawangwulan diminta meletakkan selendang milik kakak-kakaknya di atas sebongkah batu besar. Karena terlalu bersemangat ia melakukannya dengan tergesa-gesa hingga kakinya tergelincir dan tubuhnya yang mungil tercebur ke dalam sendang.
Akibatnya selendang-selendang warna-warni milik kakaknya itu terlepas dari tangannya dan hanyut terbawa arus air.
Untunglah salah satu kakaknya --- bidadari nomor tiga cukup piawai berenang. Ia berhasil mengentas kembali selendang-selendang itu ke permukaan. Meskipun setelahnya mereka harus mengeringkannya dengan susah payah.
Ketelodoran itu menjadi catatan tersendiri bagi Dewi Nawangwulan. Bayangkan. Jika selendang-selendang itu hanyut dan tidak ditemukan kembali, dengan apa mereka bisa kembali ke kahyangan?
Yup. Bukan rahasia umum. Bagi para bidadari selendang merupakan ubarampe paling vital. Kain panjang yang terbuat dari juntai pelangi itu berfungsi sebagai sayap untuk terbang bolak-balik; dari, dan menuju kembali ke kahyangan.
"Kami baru akan mengajakmu turun ke bumi jika kau belajar tidak teledor lagi!" Begitu ultimatum para kakak bidadari yang tentu saja membuat hati Dewi Nawangwulan direnggut sedih.
***
Malam perlahan mulai menggelar jubah hitamnya. Ibu Ratu membuka lebar-lebar daun jendela kamar. Lampu taman paling besar yang diberi namai Bulan Ndadari mulai dinyalakannya.