Suasana rumah tak lagi nyaman. Â Terasa gerah dan agak mencekam.Â
Bagaimana tidak, jika di mana-mana---nyaris di seluruh bagian rumah telah dipasangi "sesuatu" oleh seseorang yang keinginannya jelas-jelas tidak bisa saya penuhi.
"Sesuatu" itu bentuknya bermacam-macam. Pernah suatu pagi ketika membersihkan ruangan salon (tempat saya nyambi menjadi perias pengantin), secarik kertas tanpa sengaja saya temukan terselip di lubang angin-angin.Â
Kertas itu bertuliskan mantra-mantra dalam huruf Arab. Atau biasa disebut "rajah". Dan ada nama saya tertera rapi di sana.
Pada hari lain, saya temukan lagi "rajah" yang ditulis pada sobekan kertas buram, kali ini disembunyikan di balik papan nama yang terpajang tepat di atas pintu ruang tamu.
Di hari berikutnya, ketika sedang melakukan sholat sunah Dhuha, sebuah benda jatuh tepat di atas sajadah tempat saya bersujud. Benda itu berupa bungkusan kecil terbuat dari kain putih yang diikat benang merah, di dalamnya---lagi-lagi terdapat nama saya.
Apakah teror "rajah" ini berhenti sampai di situ?Â
Tidak. Teror terus saja berlanjut. Dan anehnya, saya mulai terbiasa menghadapinya.
Jika sebelum-sebelumnya saya selalu dihinggapi rasa panik, cemas dan takut, belakangan saya mampu bersikap tenang. Bahkan saya mulai tahu harus bagaimana menghadapi teror yang tak kunjung berhenti ini.
Saya lebih banyak mendekatkan diri. Menyerahkan sepenuhnya kepadaNya, kepada Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa dari siapa pun!
Kepasrahan saya membuahkan hasil. Satu persatu teror yang ditujukan untuk diri saya---yang motifnya cukup jelas---badar. Selalu tanpa sengaja saya bisa menemukan media teror itu dan lalu membuangnya jauh-jauh.