Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Leipeis dan Perempuan Berambut Merah

2 Februari 2020   04:34 Diperbarui: 2 Februari 2020   04:33 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com

Orang-orang memanggilnya Leipeis, sang Dewa Rindu. 

Sesuai dengan namanya, ia memang bertugas menebarkan rindu di hati para pecinta---semua pecinta. Tak memandang usia atau kasta. Siapapun yang sedang jatuh cinta, maka Leipeis akan hadir menemui.

Leipeis tinggal di puncak pegunungan bersalju. Ditemani angin dan segumpal awan yang sewaktu-waktu siap mengantarnya menyemai benih-benih rindu. Dan sejauh ini Leipeis terlihat sangat bahagia. Ia menikmati pekerjaannya itu tanpa pernah mengeluh.

Seperti pagi ini, ketika bangun dari tidurnya yang pulas Leipeis dikagetkan oleh suara isakan tertahan seorang gadis berusia dua puluh tahun yang tengah duduk di tepi telaga, tepat di bawah istana salju yang ditempatinya.

Gadis itu sedang menangis. Airmatanya berjatuhan dan berubah menjadi kristal-kristal es yang bening. Leipeis iba melihatnya. Ia segera turun dari pembaringan, berjalan menuju ruangan besar di mana terdapat cawan-cawan yang tersusun rapi di dalam almari. 

Cawan-cawan itu berisi benih-benih rindu. Leipeis meraih salah satu cawan dan menjumput isinya sedikit. Dimasukkannya benih rindu ke dalam saku piyama yang masih dikenakannya.

Leipeis keluar dari istananya yang megah. Memanggil segumpal awan yang sedang duduk mengobrol di beranda bersama angin.

"Antarkan aku menemui gadis itu. Ia sedang kesepian," ujar Leipeis seraya melompat ke atas awan yang merandek di hadapannya.

Sebentar kemudian, Leipeis sudah berdiri di tepi telaga.

***

"Hentikan tangismu. Jika ini tentang cinta, maka aku datang membawakan sejumput rindu untukmu," Leipeis berbisik, membaca mantra perlahan dan ditiupnya benih rindu yang berada di telapak tangannya. Benih-benih itupun berhamburan mengenai rambut yang panjang tergerai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun