Prolog
Namaku  Dimas. Umur 17 tahun. Wajah cakep. Yatim piatu. Sejak kecil diasuh Simbah Kakung yang memiliki ilmu sihir. Digadang-gadang bisa menjadi pewaris ilmunya Simbah.
Tempat tinggalku berpindah-pindah. Kadang di puncak gunung (kalau pas lagi nemenin Simbah bertapa), tapi lebih sering tinggal di rumah kos-kosan di pinggiran kota. Saat ini tercatat sebagai siswa sebuah SMK jurusan TKJ kelas XI. Cita-cita ingin jadi tukang sihir yang baik seperti Simbah Kakung
Mulai mempraktikkan ilmu sihir meski belum sempurna. Yang penting punya niat baik untuk menolong sesama. Terutama cewek-cewek yang lagi galau.
Quotes: Amalkan ilmu walau sebiji kwaci. Bantulah orang-orang yang membutuhkan pertolongan tanpa menunggu diperintah.
---------
Diam itu Emas!
Putri itu cewek pendiam. Bicaranya hanya sedikit-sedikit. Seperlunya saja. Saking pendiamnya, teman-temannya sering lupa kalau Putri itu ada.
Bukan hanya itu, ekspresi wajah Putri sulit sekali ditebak. Datar. Tidak ada gregetnya sama sekali. Hal ini membuat teman-temannya tidak bisa membedakan, apakah Putri sedang sedih, gembira atau marah.
Hari itu kelas 8 mendapat tugas kelompok dari Ibu guru untuk membuat makalah tentang lingkungan hidup. Kelas mendadak riuh. Teman-teman Putri berebut membentuk kelompok-kelompok. Kecuali Putri. Cewek itu hanya duduk diam. Menunggu. Berharap ada yang menawarinya masuk ke dalam salah satu kelompok mereka.
Ternyata tidak seorang  pun yang berminat mengajaknya bergabung. Dalam hati Putri merasa sedih, bingung sekaligus takut. Tugas ini merupakan tugas yang sangat penting. Jika tidak dikerjakan secara berkelompok, maka ia tidak akan mendapat poin.