Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Tuan Sihir | Diam Itu Emas!

16 November 2019   07:18 Diperbarui: 16 November 2019   07:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putri yang semula diam mematung sontak beranjak dari kursi dan menghampiri teman-temannya.

"Dengar teman-teman!" serunya lantang. Beberapa siswa yang sedang sibuk berdiskusi menoleh kaget ke arahnya.

"Aku ingin bergabung dengan kalian. Aku sudah mempunyai ide untuk membuat karya ilmiah tentang lingkungan hidup yang ditugaskan oleh Ibu guru. Bahkan tanpa kalian ketahui, aku sudah mengadakan observasi lingkungan di sekitar kita. Tentang masyarakat yang membuang sampah sembarangan, tentang dampak pembuangan limbah pabrik, juga tentang pohon-pohon yang di tebang secara illegal. Sekali lagi, jika kalian tidak keberatan aku ingin bergabung dengan kalian."

Putri menghentikan kalimatnya sejenak. Kemudian ia melanjutkan lagi. 

"Menurut pendapat pribadiku, dalam membuat makalah yang kita perlukan adalah kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Dengan kerjasama yang baik maka tugas yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi mudah dan yang lambat cepat selesai. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kerjasama itu disamping menghemat waktu juga menghemat tenaga. Bla...bla...bla..." 

"Putri!!!" Alan tidak tahan untuk tidak berteriak. Sementara teman-temannya yang lain sudah lebih dulu menutup telinga mereka.


Putri terus saja berbicara. Kali ini ia mengulas mengenai dampak memanasnya politik bagi kelestarian lingkungan hidup. Agak tidak nyambung sih. Tapi Putri tidak peduli. Cewek itu terus saja berkata-kata tanpa memberi kesempatan kepada teman-temannya untuk menyanggah sedikit pun.

"Banjir, tanah longsor, gempa bumi dan juga Tsunami, bisa juga disebabkan oleh memanasnya politik di negara kita ini. Rakyat ikut terseret dalam kancah perdebatan politik yang sumir sehingga lingkungan hidup terabaikan. Ini sungguh sangat memprihatinkan. Negara kita yang subur dan kaya raya ini tiba-tiba berubah drastis menjadi negara termiskin di dunia. Hutang negara menumpuk. Pengangguran di mana-mana. Kejahatan merajalela. Korupsi, manipulasi, saling hujat, pembunuhan, perkosaan, perampokan..."

Waduh, aku jadi ikut pusing mendengar kata-kata Putri. Sekaligus tidak menyangka, cewek pendiam itu tiba-tiba saja berubah menjadi orator yang lihai. Suaranya tegas menggebu-gebu.

Dan akibatnya, teman-temannya satu persatu ngacir meninggalkan kelas karena tidak tahan mendengar pidatonya yang tanpa jeda.

"Putri, kamu nggak salah minum obat, kan?" Wahyu Alfiar menatap Putri cemas. Cowok itu satu-satunya yang masih bertahan berada di dalam kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun