Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin [#1 ] | Fatimah, Perempuan Bersayap Luka

8 Agustus 2019   06:23 Diperbarui: 8 Agustus 2019   06:52 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Bag.1

"Maukah kau menerima tawaran surga dariku?" ujar laki-laki itu di suatu senja yang temaram. Fatimah terdiam. Hatinya menimbang-nimbang. Ada perang yang tengah berkecamuk di dalam rongga dadanya.

"Aku akan bersikap adil," lanjut laki-laki itu. Ia yakin, seyakin-yakinnya bahwa Fatimah akan luluh. Ia paham betul bagaimana hati perempuan yang telah dinikahinya lebih dari sepuluh tahun itu. 

Baginya Fatimah adalah sosok perempuan penurut.

Tapi dugaannya kali ini keliru. Fatimah mendadak mengangkat wajahnya. Menatap tajam ke arah dirinya dengan berani.

"Tidak! Aku menolak!" perempuan itu berkata tegas. 

Wajah laki-laki itu seketika memerah. Hatinya diliputi rasa geram. Lalu tanpa sadar ia mencengkeram pundak istrinya itu dengan kasar.

Fatimah menepis tangan kekar itu. Masih dengan wajah terangkat ia kembali menegaskan, "Dengar, Abi. Biarkan aku mencari surgaku dengan caraku sendiri."

***

Pagi itu Fatimah menatap pantulan wajahnya di dalam cermin.

"Sudah memudarkah pesonaku?" ia bicara sendiri. Segores luka di hati mulai mengucurkan darah, terasa perih. Mendadak ia ingin menangis.

Tapi menangisi apa? Dan untuk siapa?

Menangislah Fatimah. Meski airmata tidak akan mampu mengembalikan cinta yang telah pergi.

Perempuan itu tergugu. Lalu sekali lagi menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Ia mencoba tersenyum. Tapi senyum itu terkalahkan oleh rasa getir yang terpancar dari kedua bola matanya.  

***

Jika benar perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, mengapa justru laki-laki itu sendiri yang tega mematahkan dan meremukkannya?

Berulang kali Fatimah mendesah. Menepis rasa tak percaya. Rasa masygul. Ia tak habis pikir soal keputusan Abi yang tiba-tiba saja ingin menduakan dirinya tanpa alasan yang jelas. 

"Laki-laki boleh beristri lebih dari satu, asalkan dia mendapat izin dari istri pertamanya dan mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya yang lain," demikian Fatimah pernah mendengar penjelasan Abi saat mereka mengaji berdua.

"Tapi Abi, adil itu sifatnya subyektif," potong Fatimah, kala itu. Abi mengangkat alisnya tinggi-tinggi. 

"Adil bagi laki-laki belum tentu adil bagi perempuan," Fatimah melajutkan dengan suara pelan. Abi terdiam. Laki-laki itu merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam diri istrinya.

Pemberontakan.

Ya, benar. Pemberontakan.

Dan bola saljupun mulai bergulir. Kian membesar. Tak terkendali. Terutama saat masing-masing hati mulai meragukan. Saling kehilangan kepercayaan.

Di mana perempuan berhati lembut nan penurut? Kemana perginya laki-laki tempat hati pernah bertaut? Ketika islah tidak lagi menemukan titik temu, adakah tersisa celah bagi dua hati yang telah terkunci dalam ruang bernama putus asa?

Fatimah memilih diam. Mengunci diri di dalam kamar. Menggeluti sepi.

Sementara Abi memilih pergi meninggalkan rumah. Bukankah itu sebuah keputusan paling baik ketika ia merasa tak lagi menemukan cinta di dalam surganya sendiri?

Abi mendesah. Tak perlu berpusing pikir. Ada cinta yang lebih indah tengah menunggunya. Dan ada hati lain yang siap merengkuhnya dalam genggam asmara yang lebih memabukkan.

Bersambung...

***

Malang, 08 Agustus 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun