Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wayang | Gelung Keling dan Wahyu Dharma Prabu Puntadewa

24 Agustus 2018   05:12 Diperbarui: 24 Agustus 2018   06:59 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.pinsdaddy.com

Maka ketika ujian datang bertubi-tubi menggilasnya, keculasan demi keculasan silih berganti berusaha menjatuhkan kedudukannya sebagai maharaja, Prabu Puntadewa memutuskan untuk sumeleh ing ati. Ia sama sekali tidak merasa getun ketika harus terusir dari istananya. Ia justru merasa bersyukur saat bisa merasakan kembali dadi wong cilik, menjadi rakyat jelata.

Dalam lelana brata di hutan Wanamarta---hutan wingit yang kelak menjadi cikal bakal kerajaan Amarta, Prabu Puntadewa menikmati benar laras kehidupannya. Kehadirannya sebagai orang biasa di sebuah tempat yang sepi gung liwang liwung, dimana segala jalma di dalamnya sama sekali tidak mengenal dan memedulikannya, membuatnya merasa telah menemukan arti hidup yang sesungguhnya.

Tidak harus menunggu menjadi raja atau pemimpin untuk melakukan kebajikan. Menjadi jelata pun, tidak akan melunturkan keluhuran budi jika itu dilakukan dengan ketulusan dan sepenuh hati.

Saat jumeneng menjadi raja yang disibukkan oleh hal-hal penuh muslihat, barangkali kesempatan menolong dan memperhatikan mahluk lemah tidak sempat terpikirkan.

Prabu Puntadewa mengalami hal itu.

Ketika suatu hari ia melihat perkelahian tidak seimbang antara seekor burung puyuh dengan seekor burung rajawali, seketika hatinya berrgetar. Ia melihat ketidakadilan itu ternyata ada di mana-mana. Yang kuat menindas yang lemah nampaknya sudah menjadi hukum alam.

"Tidak sepantasnya engkau menyerang mahluk tak berdaya seperti dia!" Prabu Puntadewa gegas melerai sembari memarahi habis-habisan sang rajawali.

"Aku terpaksa melakukannya, Dinda Prabu. Sebab anak-anakku sedang kelaparan," burung rajawali membela diri.

"Berhentilah menyerang dia! Ambil saja daging tubuhku seberat tubuh burung kecil itu sebagai pengganti makanan anak-anakmu," Prabu Puntadewa menyingsingkan busananya dan menyerahkan lengannya yang putih kepada sang rajawali.

Tawaran sang Prabu seketika menghentikan perkelahian. Dan burung rajawali mulai menguliti daging Prabu Puntadewa sedikit demi sedikit.

Yang terjadi ternyata di luar dugaan. Berat tubuh burung puyuh melebihi kapasitas berat tubuh sang Prabu. Sebanyak apa pun daging Parbu di-fillet, tetap tidak bisa menyamai berat tubuh burung kecil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun