Ini sudah bulan kesekian. Mengapa kekasihku masih berada di langit? Kapan ia akan turun menemuiku? Aku sangat merindukannya.Â
Aku belum beranjak dari tempatku. Masih berdiri mematung di luar rumah. Menunggu hujan. Tapi seharian ini hujan tak menampakkan batang hidungnya.Â
Aku juga sedang menanti pelangi. Barangkali ia sudah berbincang-bincang dengan kekasihku. Aku berharap ia sudi mengabariku tentang keadaannya. Tapi, oh, aku lupa. Tentu saja pelangi tak akan muncul jika hujan tak berkenan datang.Â
Kulihat langit masih cerah.
"Apakah kau melihat kekasihku?" tanyaku pada matahari.Â
"Iya, aku melihatnya. Ia tengah duduk melamun di atas awan," matahari menyahut sembari perlahan menggeser posisinya.
"Apakah ia baik-baik saja?" tanyaku lagi.
"Siapa?" matahari mengerjapkan matanya.
"Kekasihku itu."
Matahari terdiam.
"Jawablah! Apakah ia baik-baik saja?" aku mengulang pertanyaan. Matahari mengacuhkanku.Â