"Ya, sudahlah jika kau tak mau menjawab pertanyaanku. Aku akan menunggu hujan. Hanya dia satu-satunya harapanku." Aku menarik napas panjang.
"Hujan tak akan datang. Musim telah berganti kemarau," ejek matahari.
"Oh, ya? Aku akan memanggilnya," sahutku tenang.
"Memanggil hujan? Bagaimana caranya?" matahari menyipitkan mata. Kali ini aku menjawab dengan senyuman.
***
Kakiku melangkah ringan menuju perkebunan. Matahari diam-diam menguntitku.
"Apakah kalian di situ?" seruku seraya menguak semak belukar.Â
"Yup! Kami di sini!" terdengar suara serak bersahutan. Sosok-sosok mungil berlompatan. Aku menarik napas lega.
"Tolong aku, panggilkan hujan," pintaku tanpa basa-basi.
Sosok-sosok mungil bermata lebar itu mengangguk berbarengan. Lalu berbaris rapi di hadapanku.Â
Kung-kong, kung-kong. Mereka mulai bernyanyi. Memanggil hujan.