Mohon tunggu...
Elektron Bebas
Elektron Bebas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Bukan bot

Seseorang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menelaah Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS (Bagian 2)

7 November 2019   16:42 Diperbarui: 7 November 2019   17:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

(Apakah kapitalisme ala Amerika sudah paling baik? Arguably not. Parameter yang digunakan PBB untuk mengukur perkembangan suatu negara adalah HDI, Human Development Index. Idenya sederhana. Manusia yang ideal adalah manusia yang bisa melakukan banyak hal atau menjadi apa yang dia mau. Tidak terhalang penyakit, kebodohan, ataupun kemiskinan. Dia harus sehat (usia harapan hidupnya tinggi), cerdas (tingkat pendidikannya tinggi), dan mampu (penghasilan perkapitanya tinggi).

Dalam indeks ini, maupun indeks pengembangannya (IHDI, yang memperhitungkan juga kesenjangan HDI antar penduduk), yang teratas bukanlah Amerika, tapi negara-negara Skandinavia. Sistem ekonomi mereka kapitalisme, mekanisme pasar, namun dengan jaminan sosial dan keterlibatan negara yang besar. Redistribusi penghasilan dengan pajak yang tinggi (20-60%) mencegah kesenjangan akibat kapitalisme. Kita bisa membahas panjang lebar Nordic model, namun dikotominya akan membingungkan, lebih mudah membahas sistem ekonomi dari kedua ujung)

Sebelum kita memuja-muja dan menerapkan kapitalisme untuk setiap sisi kehidupan, coba kita lihat dari sisi sistem kesehatan, dengan tenaga medis, alat, sarana dianggap sebagai sumber daya dan kesehatan warga sebagai produk akhirnya. Ada Amerika Serikat, di mana pembiayaan didominasi asuransi swasta dan tidak ada sistem universal healthcare seperti BPJS.

Biaya kesehatan melambung, tenaga medis berpenghasilan tinggi dan bebas berpraktek di manapun namun akhirnya juga terpusat di kota. Pemerintah mesti mengeluarkan uang besar untuk memberikan semacam tunjangan dokter di tempat terpencil. Banyak yang tidak mampu mengakses sistem kesehatan karena tidak punya biaya, hingga 18% populasi dewasa di sana tahun 2013 tidak punya asuransi (sebelum penerapan Obamacare). Belum lagi pelayanan kesehatannya yang disebut termahal di dunia dengan performa terburuk di antara negara-negara maju. Sengsara untuk menjadi orang sakit di sana.

Di ujung lain spektrum ada Kuba, di mana kesehatan dijamin gratis untuk semua warganya tanpa harus membayar asuransi, persebaran dokter diatur pemerintah dan dibayar rendah, hanya maksimal dua kali penghasilan rata-rata penduduk, dengan gaji tertinggi 67 dolar sebulan tahun 2017, namun angka harapan hidup dan statistik kesehatan lain jauh lebih baik dari Amerika Serikat. Banyak dokter yang bekerja tambahan, menjadi pelayan, sopir taksi, tour guide yang bisa mendapat tips dari turis. 

Di sana tenaga medis dikelola oleh pemerintah tanpa kebebasan individu, bisa dikirim ke daerah sendiri, atau dikirim ke negara lain sebagai tim bantuan medis atau untuk tenaga kerja dan menghasilkan devisa bagi negara (devisa Kuba dari dokter ini pernah mencapai 10 miliar dolar setahun, 75%-nya masuk ke negara) seperti kerjasama dengan pemerintah Venezuela atau Brazil untuk mengisi daerah pelosok Amazon (kebijakan luhur yang diobrak-abrik presiden baru Brazil yang beraliran kanan jauh). Sebagian dari delapan ribu dokter Kuba di Brazil menolak pulang karena merasa diperbudak tanah airnya, merasa sengsara untuk menjadi dokter di sana. Sawang sinawang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun