Mohon tunggu...
Elektron Bebas
Elektron Bebas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Bukan bot

Seseorang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menelaah Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS (Bagian 1)

30 Oktober 2019   11:17 Diperbarui: 4 November 2019   09:59 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Alkisah seorang pejabat Uni Soviet semasa perang dingin datang ke Amerika Serikat. Dia datang ke sebuah apotek, dia melihat beberapa rak berjejeran berisi ribuan jenis obat untuk kepala pusing hingga bau nafas. "Luar biasa," dia berdecak, "Bagaimana anda memastikan semua toko menyediakan semua jenis obat ini?" Dia merasa aneh, karena di Soviet petugas pemerintah lah yang harus menentukan dan memastikan setiap apotek menyediakan obat apa, dan setiap pabrik memproduksi obat apa, dan berapa jumlahnya.

Sedang di Amerika, semua tersedia begitu saja di apotek tanpa diatur oleh pemerintah. Di kisah lain, delegasi Amerika yang berangkat ke Kuba mengalami gegar budaya serupa. Mereka mendapat uang saku dari pemerintah Amerika Serikat dan ijin untuk membawa barang asli Kuba kembali senilai 100 dolar.

Mereka berkeliling berbagai toko mencari cerutu Kuba paling murah, hingga beberapa jam kemudian mereka menyerah, semua toko menjualnya dengan harga yang sama. Harga yang ditentukan pemerintah Kuba, dan semua penjaga toko dibayar sama oleh pemerintah tanpa peduli berapa banyak cerutu yang dia jual. Saya sendiri jadi ingat cerita itu waktu ke Natuna, bertualang ke pelabuhan kecil di sisi lain pulau (masih dibangun Bu Susi), dan satu-satunya warung di situ adalah warung nasi Padang. Komite Sentral tidak akan memilih menaruh warung nasi Padang di situ. Benarlah kata Bung Hatta, "Mungkin hanya di bulan yang belum ada restoran Padang." What an epiphany.

Di negara kapitalis yang menganut mekanisme pasar, pembagian barang hasil produksi dilakukan menggunakan harga. Misalnya rumah, perorangan rumah akan diberikan kepada dia yang berani membayar paling tinggi. Atau developer akan menghitung di harga setinggi berapa sekiranya permintaan yang masuk ke dia akan sama dengan jumlah rumah yang dia tawarkan.

Tidak semua orang mampu memberikan tawaran. Di negara sosialis, harga rumah gratis, semua akan mendapat rumah, maka semua orang mengantre, dan pemerintah akan menentukan kapan anda akan mendapatkannya. Di Uni Soviet, pembagian barang hasil produksi yang terbatas seperti rumah dan mobil, dilakukan menggunakan pemesanan/antrean.

Hanya di negara kapitalis harga bisa naik turun sesuai permintaan, sehingga pasar bisa self-correcting, mengubah harganya sesuai permintaan-penawaran yang terjadi, atau menaik turunkan permintaan/penawaran sesuai tinggi rendahnya harga. Bila permintaan mobil meningkat, maka produksinya akan naik (penawaran juga meningkat), bila produksi sudah mencapai batas, maka harga yang akan naik. (Itulah kenapa pertumbuhan ekonomi yang melebihi kapasitas sistem ekonomi mampu menghandle penawaran tambahan yang masuk bisa menyebabkan inflasi).

Ibu saya pernah tanya ke penjahit laris di Bojonegoro sambil bercanda, "Pak, harganya kok naik, padahal harga bensin dan barang-barang nggak naik?" "Nggih Bu, ongkosnya saya naikkan bila orderan masuk sudah lebih banyak dari yang saya mampu, biar berkurang orderannya, saya bisa istirahat cukup lagi." Penjahit ini lebih paham hukum ekonomi daripada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun