Mohon tunggu...
Ela IsnayaDevi
Ela IsnayaDevi Mohon Tunggu... Mahasiswa - ela isnaya devi

Mahasiswa S1 Amikom Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kuli Bangunan Menjadi Kontraktor Bangunan

18 April 2021   23:50 Diperbarui: 19 April 2021   00:40 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KLATEN - Kuli bangunan, profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang bahkan profesi yang berat pekerjaannya dengan gaji yang rendah. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang kuli bangunan adalah pekerjaan yang sangat besar resikonya karena mereka berhadapan langsung dengan benda tajam dan berat. 

Itulah profesi yang dulu dijalani Sumarjiono selama 1 tahun lebih lamanya. Ayah dari tiga orang anak ini bekerja dengan keras dan tulus. Pekerjaan kuli bangunan yang sehari-hari dijalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh semanhay yang besar tidak membuat Sumarjiono berkecil hati. 

Lelaki kelahiran Klaten ini setiap minggunya mendapatkan gaji sebesar  Rp 150.000 sampai Rp 250.000 jika ditambah kerja lembur. Walaupun dengan gaji yang cukup kecil itu, Sumarjiono tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur dan bahagia. 

Dia selalu menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan tulus dan penuh tanggungjawab akan terasa ringan. Dengan hadirnya tiga orang anak dalam keluarga sederhananya yang harus dibesarkan dan disekolahkan, Sumarjiono semakin merasa besar tanggung jawab yang harus dipikulnya. Dengan gaji yang kecil Sumarjiono harus memenuhi kebutuhan istri dan 3 anaknya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Sumarjiono berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.

Dengan keikhlasan dan kerja keras yang dilakukan Sumarjiono dengan waktu yang tidak lama dia diangkat menjadi mandor, ia diberi kepercayaan oleh atasannya untuk menjadi mandor. Ia menjadi mandor dari tahun 1993 hingga tahun 1997. Ia berkata " Jika pekerjaan dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab maka akan terasa ringan dan mudah". 

Dalam waktu 5 tahun dia dapat membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan dalam bidang pekerjaannya. Tahun 1997 dia diangkat menjadi sub kontraktor bangunan. Semua pekerjaan pasti ada hambatannya entah itu hambatan kecil atau besar, hal itu juga sering dialami oleh Sumarjiono. Menjalani profesi sebagai kuli, mandor, hingga kontraktor  tentulah bukan hal yang mudah dicapainya selama ini. Terkadang ada beberapa proyek yang susah bahkan ambruk karena keadaan yang tidak mendukung. Semua kerugian harus ditanggungnya. Padahal itu semua adalah kecelakaan karena keadaan alamnya. 

Dengan kesabar dan keikhlasan, Sumarjiono tetap semangat dan terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu. Sumarjiono bukanlah lulusan S1 atau S2 ia hanyalah lulusan SMK sederajat namun dengan kemampuan dan kerja kerasnya pada tahun 2007 ia berhasil mendapatkan jabatan sebagai kontraktor bangunan hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan rendah pun jika mau bekerja keras dan berusaha maka kesuksesan akan tercapai juga. Ia juga berhasil menyekolahkan ketiga anaknya dari anak pertama yang lulus s1 dan anak kedua yang sedang menjalankan studi disalah satu kampus yang ada di Yogyakrta. Anak ketiga yang akan masuk SMA dan sudah diberikan tanggung jawab sebagian dari perusahaan yang dimilikinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun