Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Ranting Rapuh

15 April 2019   19:28 Diperbarui: 15 April 2019   19:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika kuingat lagi, ranting patah itu bukan karena teriakan rubah
Atau hujan deras membasah
Jatuhnya patah-patah berserak pada tanah basah
Bukan resah untuk harapaan menipis melemah

Dia, mencoba meniti ujung ranting sambil sembunyi
Takut diejek disakiti berkali-kali
Dendam pernah direndahkan tak pernah dihargai
Siang malam berjuang panjat ranting lapuk tak disadari

Malam semakin larut, dia masih mencari-cari
Menatap tajam pada ranting tersisa
Sementara embun mulai jatuh
Menandakan malam mulai berganti pagi

Ranting rapuh tak kuasa mengelak
Dia, berikan kepercayaan sepenuhnya pada ranting tersisa
Hanya satu yang dia pinta
Semoga ranting rapuh tak pernah jatuh lagi

(Sungai Limas, 15 April 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun