Buat Dinda. Terima kasih. Kau mengerti aku. Temaniku lalui gundah. Merintis setapak sepi. Kau selalu ada, saat hidup bagai malam. Gelap tak berbintang.
Bukan salah atau benar. Rasa ini bagai air. Penyembuh dahaga. Diujung patah hati. Tak pedulikan apa. Untuk mencari apa. Tapi ada. Tumbuh bagai benih.Â
Menemukanmu itu indah. Waktu menghias canda dan selisih. Bertahan untuk saling isi. Ruang ruang galau. Tak mau lepas, tak bisa dipisah.
Tapi harus bagaimana. Kau sudah membawaku dalam mahakarya. Panggung penuh damai bersama ikan ikan. Penuh harap dalam penantian. Kau ada, tapi tak pernah kumiliki.
Rasa ini tak salah. Hanya salah waktu. Salah tempat. Tak bisa dihentikan. Tapi tak bisa diteruskan. Sama sama sakit. Sama sama tak berkutik. Hanya bercinta dalam peraduan khayal. Ada tapi tiada.
Dinda, engkau sudah temaniku. Aku ada untukmu. Dalam setiap malam menunggumu. Menantimu. Kau ada disana. Tapi kau tak ada dalam genggaman kasihku. Bertahan untuk kehampaan.
Malang, 25 Agustus 2021
Oleh Eko Irawan