Bertahan tapi sakit. Beradu dalam pertengkaran tiada usai. Karena tak cocok, tapi dicocok cocokan. Katamu jodoh sudah habis. Jodoh sudah berakhir. Dan keputusanmu bulat. Tak bisa dirubah. Harus berpisah.
Memilih pergi. Bukan lari dari tanggung jawab. Tapi hidup sekali agar bermakna. Rugi karena diisi perselisihan. Tuduh menuduh. Cari siapa yang salah. Mau benar sendiri. Menang sendiri. Kalah menang saling menyakiti. Sudah susah, terluka parah.Â
Aku bertahan karena bukti yang kau minta. Aku mengalah untuk itu. Ingat, aku tak akan pernah kembali untukmu. Karena kau sudah mengkhianati aku. Kau enak enakan diranjang lelaki bangsat. Itu tak bisa dimaafkan. Hingga ke akhirat.
Itu sudah cukup. Tak perlu dilanjut. Kau sudah bersamanya. Seharusnya dia yang bertanggung jawab. Lelaki yang kau beri nikmat. Bukan lelaki yang kau sakiti.Â
Fitnah apalagi yang akan kau tebar. Itu hanya caramu cari pembenaran. Bukan aku yang mengadili. Tak mau ikhlaskan sekarang, pengadilan akhirat siap. Aku takut, tapi kamu menantang. Karena cintamu pada lelaki paling mulia, yang menodai warasmu. Kau bela dia untuk alasan dendam. Puaslah duniamu, ngakak terbahak diranjang setan.Â
Hidup ini pilihan. Aku pergi. Itu saja. Karena masih ada tugas yang kuemban. Tugasku mencintaimu hingga akhir, tapi kamu selingkuh. Pakai cara binatang binal. Padahal aku masih ada. Maka tugasku selesai.Â
Silahkan protes, tapi aku tak terima lagi cinta yang sudah jadi rongsokan. Dinodai lagi. Semesta jijik pada kelakuan yang kau anggap benar. Hingga akhiratpun itu perbuatan biadab. Tunjukan dalil dari Tuhanmu bahwa perbuatan itu benar. Kebenaran apa lagi yang kau dustakan.
Malang, 26 Juni 2021
Oleh Eko Irawan