Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lapar Depan Wareg

3 Desember 2020   19:25 Diperbarui: 3 Desember 2020   19:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri foto Eko Irawan

Wareg itu kenyang. Tapi aku lapar. Karena aku tak mampu ke sana. Kecuali melihat orang orang makan di warung sana.

Kelaparan di tengah orang makan. Ketika wareg hanya ilusi sulapan. Kenyang hanya tontonan. Seperti anak ayam, yang mati di lumbung padi simpanan.

Tak bisa, tidak ada. Itu jawaban ya selalu kudengar. Tak dibantu, itu yang kurasakan. Dibiarkan, seolah aku tontonan.  Penderitaanku jadi hiburan. Biar kapok, terus ditertawakan. 

Aku dianggap sampah. Jijik melihatku, Seolah aku tahi yang terinjak injak. Yang diusir saat meminta,  yang ditolak tapi tak dipercaya dan aku pun harus pergi dengan tangan hampa.

Hidup memang cobaan. Ini akan kusimpan. Selamanya, Akan kukenang. Bahwa aku pernah semiskin ini. Sampai tak bisa makan berhari hari.

Pingin wareg hanya lihat orang makan. Pingin punya kekasih hanya membayangkan. Pingin punya uang, hanya lihat orang ke bank. Seolah itu semua dosa terlarang.

Inilah cerita kemiskinanku. Haus dilarang. Lapar dilarang. Sakit dilarang. Semua terlarang. Hanya disuruh diam. Sabar yang ditahan. Jadi tontonan. Tak ada solusi jalan keluar. Lalu kemiskinan ini Untuk ditertawakan.

Siapa sekarang yang durhaka? Aku bertanya. Usaha pun sudah kucoba. Terus siang malam tanpa mengeluh lelah. Semangat tanpa putus asa. Bermohon dalam doa, jadi wirid disetiap langkah menuju Ridho ya. 

Sihir apa yang kuhadapi. Hidup jadi sengsara seperti ini. Mereka pun tertawa menari-nari. Melihat penderitaan ini.

Lapar depan wareg akan jadi memori. Siapa yang paling laknat akan terima balasan Ilahi. Siapa durjana akan terbukti. Keadilan akan datang menemani.

Ditulis Eko Irawan, di Tlatah Bumi Kepuh, 3 Desember 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun