Mendirikan museum Reenactor Ngalam sejak 2016 di Kampoeng Sedjarah kelurahan Sumbersari kota Malang merupakan ide paling Spektakuler dari komunitas Reenactor Ngalam.Â
Bagi komunitas ini, dengan museumlah cara mereka menghargai Pahlawan Bangsa. Apa sih perbedaan museum ini dengan museum yang lain? Berikut ulasannya
Dihidupkan dengan Reenactment
Koleksi Museum lain, barang yang dipamerkan adalah barang koleksi yang dipajang secara khusus. Selain melindungi nilai sejarahnya, barang tersebut hanya benda mati yang ditaruh, tak boleh disentuh dan terlindung dibalik kaca atau pembatas.
Di Museum Reenactor, koleksi yang ada dihidupkan dengan konsep historical Reenactment, yaitu digunakan untuk impresi dan reka ulang sejarah dalam rangka pengembangan metode pembelajaran sejarah. Bentuknya berupa foto dan video dari kegiatan teatrikal bertema sejarah.Â
Replika mirip aslinya
Bagi yang paham detail senapan era Ww2, mereka pasti kagum dengan karya hand Made dengan alat produksi seadanya ini. Apalagi setelah mengetahui bahan baku replika ini dari barang barang bekas. Mereka akan bilang wow.Â
Namun bagi yang tidak paham, mereka menilai museum kok barang replika, dikira beli lalu dipajang. Membeli replika senapan Ww2 tidak ada di dalam negeri, dan harus import, itupun mahal dan sangat sulit masuk. Dikiranya produk seperti ini hanya barang murahan selayaknya mainan anak anak.Â
Seragam dan perlengkapan yang digunakan untuk custom perform impresi Reenactor ini juga tidak sembarangan. Harus sesuai dengan bukti sejarah otentik.Â
Tidak bisa pakai seragam doreng tentara sekarang, tapi ngakunya ini 10 November tahun 1945. Emang ini karnaval? Ini sejarah bung. Seragam doreng era sekarang belum ada di tahun 1945.Â
Belum diproduksi dan tidak ada bukti dalam sejarah otentik doreng jaman now udah ada sejak 1945. Reenactor tidak ngawur sembarang pakai, tapi melalui riset sejarah terlebih dahulu.
Ada Barang Relic
Selain koleksi replika, museum ini juga menyajikan barang asli sumbangan dari rumah yang dahulu digunakan sebagai markas komando gerilya kota di malang sekitar tahun 1948.Â
Kapten Sumitro, komandannya pernah duduk di kursi di foto diatas. kapten Sumitro ini terakhir berpangkat jendral dengan jabatan sebagai menkopkamtib era Presiden Soeharto.Â
Selama menjadi komandan gerilya di sumbersari, beliau memakai nama Samaran Tasrip. Apa aja barang Reliv di museum Reenactor? Monggo berkunjung ke sana.
Museum Reenactor, cara menghargai Pahlawan
Apa yang disajikan di museum ini, adalah pengejawantahan menghargai pahlawan bangsa. Kita harus bangga pada mereka. Jika waktu itu mereka jadi generasi rebahan, sudah habis bangsa ini jadi sapi perah penjajahan. Mereka taruhan hidup mati agar kita sekarang hidup enak seperti sekarang.Â
Masak kita melupakan begitu saja jasa orang orang yang telah memberikan hidupnya untuk kemerdekaan. Malu dong. Museum Reenactor adalah sumbangsih pada pahlawan. Sekarang Mana sumbangsihmu Bung?