Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menghargai Pahlawan dengan Museum

10 November 2020   08:54 Diperbarui: 10 November 2020   09:01 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri museum Reenactor Ngalam

Mendirikan museum Reenactor Ngalam sejak 2016 di Kampoeng Sedjarah kelurahan Sumbersari kota Malang merupakan ide paling Spektakuler dari komunitas Reenactor Ngalam. 

Bagi komunitas ini, dengan museumlah cara mereka menghargai Pahlawan Bangsa. Apa sih perbedaan museum ini dengan museum yang lain? Berikut ulasannya

Dihidupkan dengan Reenactment

Koleksi Museum lain, barang yang dipamerkan adalah barang koleksi yang dipajang secara khusus. Selain melindungi nilai sejarahnya, barang tersebut hanya benda mati yang ditaruh, tak boleh disentuh dan terlindung dibalik kaca atau pembatas.

Di Museum Reenactor, koleksi yang ada dihidupkan dengan konsep historical Reenactment, yaitu digunakan untuk impresi dan reka ulang sejarah dalam rangka pengembangan metode pembelajaran sejarah. Bentuknya berupa foto dan video dari kegiatan teatrikal bertema sejarah. 

Replika mirip aslinya

Bagi yang paham detail senapan era Ww2, mereka pasti kagum dengan karya hand Made dengan alat produksi seadanya ini. Apalagi setelah mengetahui bahan baku replika ini dari barang barang bekas. Mereka akan bilang wow. 

Namun bagi yang tidak paham, mereka menilai museum kok barang replika, dikira beli lalu dipajang. Membeli replika senapan Ww2 tidak ada di dalam negeri, dan harus import, itupun mahal dan sangat sulit masuk. Dikiranya produk seperti ini hanya barang murahan selayaknya mainan anak anak. 

Seragam dan perlengkapan yang digunakan untuk custom perform impresi Reenactor ini juga tidak sembarangan. Harus sesuai dengan bukti sejarah otentik. 

Tidak bisa pakai seragam doreng tentara sekarang, tapi ngakunya ini 10 November tahun 1945. Emang ini karnaval? Ini sejarah bung. Seragam doreng era sekarang belum ada di tahun 1945. 

Belum diproduksi dan tidak ada bukti dalam sejarah otentik doreng jaman now udah ada sejak 1945. Reenactor tidak ngawur sembarang pakai, tapi melalui riset sejarah terlebih dahulu.

Ada Barang Relic

Selain koleksi replika, museum ini juga menyajikan barang asli sumbangan dari rumah yang dahulu digunakan sebagai markas komando gerilya kota di malang sekitar tahun 1948. 

Kapten Sumitro, komandannya pernah duduk di kursi di foto diatas. kapten Sumitro ini terakhir berpangkat jendral dengan jabatan sebagai menkopkamtib era Presiden Soeharto. 

Selama menjadi komandan gerilya di sumbersari, beliau memakai nama Samaran Tasrip. Apa aja barang Reliv di museum Reenactor? Monggo berkunjung ke sana.

Museum Reenactor, cara menghargai Pahlawan

Apa yang disajikan di museum ini, adalah pengejawantahan menghargai pahlawan bangsa. Kita harus bangga pada mereka. Jika waktu itu mereka jadi generasi rebahan, sudah habis bangsa ini jadi sapi perah penjajahan. Mereka taruhan hidup mati agar kita sekarang hidup enak seperti sekarang. 

Masak kita melupakan begitu saja jasa orang orang yang telah memberikan hidupnya untuk kemerdekaan. Malu dong. Museum Reenactor adalah sumbangsih pada pahlawan. Sekarang Mana sumbangsihmu Bung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun