Mohon tunggu...
Eko Budi Santoso
Eko Budi Santoso Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pengajar

Guru terbaik tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga dapat menginspirasi dan memberi nilai-nilai

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Impian Tiara

16 April 2024   01:31 Diperbarui: 16 April 2024   01:43 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 2

Sekolah Baru

Setelah kecelakaan yang menimpa Tiara, Ayahnya memutuskan bahwa ia harus pindah ke sekolah baru yang jaraknya lebih dekat dengan rumah. Di sekolah yang baru, Tiara merasa tidak nyaman karena ia harus menggunakan kursi roda dan teman-teman barunya tidak akrab dengannya. Mereka melihat Tiara sebagai anak aneh yang terlihat lemah dan tidak berguna. Mereka sering mengejek dan mengabaikan Tiara, hingga ia merasa sangat kesepian dan terasing.

Baca juga: Impian Tiara

Tiara merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan barunya. Ia merasa seperti di dunia yang berbeda, tempat di mana ia tidak diterima dengan baik. Kursi rodanya membuatnya sulit bergerak dan berinteraksi dengan teman-teman barunya. Ia merasa seperti ia selalu menjadi beban bagi orang lain.

Suatu hari, saat istirahat makan siang, Tiara duduk di sudut halaman sekolah. Ia melihat kelompok teman sekelasnya yang sedang tertawa dan bercanda bersama. Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain, sedangkan Tiara merasa seperti orang asing di tengah-tengah mereka.


Saat itu, seorang anak laki-laki dari kelas lain datang dan duduk di dekatnya. Ia tersenyum dan menyapa Tiara dengan ramah.

"Halo, nama saya Rama. Kenapa kamu sendiri di sini?" tanya Rama.

Tiara merasa sedikit terkejut dengan sapaan Rama, tapi juga merasa senang dengan kehadirannya. Mereka pun mulai berbicara dan berbagi cerita. Tiara mengatakan betapa sulitnya ia beradaptasi di sekolah yang baru dan kesepian yang dirasakannya.

Rama mendengarkan dengan penuh empati dan kemudian berkata,

"Jangan khawatir, kamu akan menemukan teman-teman yang baik di sini. Aku juga pernah merasakan seperti itu, tapi kemudian aku menemukan teman-teman yang benar-benar peduli dan mau menjadi temanku. Aku yakin kamu juga akan menemukan teman yang seperti itu."

Tiara merasa lega dan senang dengan saran Rama. Mereka terus berbicara dan bermain bersama sepanjang sisa waktu istirahat. Tiara merasa bahwa Rama adalah teman pertamanya di sekolah yang baru, dan ia berharap bahwa ia akan menemukan lebih banyak teman seperti Rama di masa depan.

Hari demi haripun berlalu, namun Tiara masih merasa tidak nyaman di sekolah barunya dan sulit bergaul dengan teman-temannya. Suatu hari, saat berada di taman sekolah, Tiara melihat seorang guru yang sedang menggambar di bawah pohon. Ia tertarik dengan karya yang sedang digambar oleh guru tersebut dan mendekati untuk memperhatikan. Ternyata guru tersebut adalah guru seni lukis di sekolah barunya. Guru seni lukis itu bernama Pak Doni, ia melihat ketertarikan Tiara dan memperkenalkan dirinya.

"Halo, saya Pak Doni, sepertinya kamu murid baru di sekolah ini ya?"

"Iya, saya murid baru Pak." jawab Tiara sambil menundukkan wajahnya.

"Siapa nama kamu?" tanya Pak Doni.

"Nama saya Tiara Pak" jawab Tiara.

""Kamu suka seni lukis?" tanya Pak Doni.

"Iya, sedikit." Tiara mengangguk ragu-ragu.

Pak Doni tersenyum dan menunjukkan karyanya yang sedang ia gambar. Ia menjelaskan tentang teknik dan bahan yang ia gunakan, dan membuat Tiara semakin tertarik.

"Wah, bagus sekali lukisan ini, Pak! Saya suka sekali warna-warnanya dan detailnya." puji Tiara.

"Terima kasih, Tiara,  Saya senang kamu menyukainya. Apa kamu suka melukis juga?" tanya Pak Doni.

"Saya tidak pernah mencobanya sebelumnya Pak, paling hanya sekedar menggambar sebisanya saja.", "Tapi saya selalu suka melihat gambar-gambar dan lukisan-lukisan indah." Jawab Tiara.

"Kamu harus mencoba melukis nanti, siapa tahu kamu memiliki bakat dalam seni lukis.","Dalam seni lukis, tidak ada yang benar atau salah. Yang penting adalah ekspresi dan perasaan yang ingin disampaikan dalam karya seni," kata Pak Doni.

"Benarkah, Pak?", "Saya tidak pernah berpikir tentang itu sebelumnya." Kata Tiara

"Ya, Tiara, setiap orang memilik bakat yang berbeda-beda.","Kamu harus mencoba dan menemukan bakatmu sendiri." kata Pak Doni memberikan semangat.

Tiara merasa antusias dan tertarik dengan ide tersebut. Ia memutuskan untuk mencoba melukis di waktu luangnya. Ia mulai mengumpulkan pensil warna dan cat air untuk mencoba melukis.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun