Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati Budaya

Menulis buku untuk peradaban, sejarah dan amal jariah, Buku-buku saya yang sdh terbit dapat dilihat di Google Books Eko Setyo Budi (buku eko setyo budi). Suka traveling, kuliner dan olahraga jalan kaki/jogging.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Prinsip-Prinsip Budidaya Udang Windu Organik Sidoarjo (Bag.5)

20 September 2025   16:19 Diperbarui: 20 September 2025   16:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi budidaya udang windu organik Sidoarjo (dok.pribadi) 

Prinsip-Prinsip Budidaya Udang Windu Organik Sidoarjo (Bag.5)

Budidaya udang windu di Sidoarjo memiliki sejarah panjang sebagai warisan budaya maritim masyarakat pesisir. Seiring dengan berkembangnya tuntutan pasar global terhadap produk perikanan yang sehat, alami, dan ramah lingkungan, muncullah sistem budidaya organik udang windu. Sistem ini tidak hanya mempertahankan tradisi lokal, tetapi juga menegaskan identitas Sidoarjo sebagai pusat udang windu premium.

Dilarang Menggunakan Benih Alam (Benur dan Gelondongan)

Dalam budidaya udang windu organik, salah satu prinsip utamanya adalah keberlanjutan dan keamanan ekosistem. Karena itu, benih (benur maupun gelondongan) dilarang menggunakan benih alam, dengan alasan berikut ini.

1. Prinsip Keberlanjutan Ekosistem. 

Pengambilan benih udang windu langsung dari alam (laut, muara, sungai) menyebabkan overfishing benih sehingga stok indukan di alam semakin menipis. Jika terus-menerus diambil, ekosistem laut akan rusak, populasi udang windu liar berkurang, dan keanekaragaman hayati terganggu.

2. Kesehatan dan Kualitas Benih. 

Benih alam sering membawa penyakit atau parasit karena tidak melalui proses pengawasan kesehatan. Pada budidaya organik, kesehatan benih menjadi prioritas, sehingga lebih disarankan memakai benih dari hatchery organik (panti benih yang dikelola dengan prinsip ramah lingkungan). Benih hatchery bisa ditelusuri asal-usulnya (traceability), sementara benih alam tidak.

3. Standar Sertifikasi Organik. 

Lembaga sertifikasi organik (misalnya Naturland, IMO, atau standar lokal) mengharuskan benih berasal dari indukan hasil budidaya hatchery yang dipelihara tanpa bahan kimia, hormon sintetis, atau pakan buatan. Penggunaan benih alam dianggap melanggar prinsip organik karena tidak bisa dikontrol asal-usul dan cara perolehannya.

4. Pengendalian Genetika dan Kualitas Produksi. 

Hatchery organik bisa memilih indukan yang sehat, pertumbuhannya cepat, dan adaptif pada sistem organik. Benih alam lebih beragam genetiknya, tetapi kualitas pertumbuhannya tidak seragam, sehingga hasil panen bisa tidak konsisten.

5. Etika Lingkungan dan Sosial. 

Budidaya organik ingin memberi contoh bahwa usaha tambak tidak merusak alam. Jika tetap memakai benih alam, pesan moral organik menjadi tidak konsisten karena masih mengambil sumber daya dari alam secara eksploitasi.

Jadi, intinya benih windu organik harus berasal dari hatchery organik yang bebas bahan kimia, bisa ditelusuri, sehat, dan tidak merusak stok alam.

Menjaga Ekosistem Tambak

Dalam menjaga keseimbangan ekosistem tambak sekaligus menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, maka dirumuskan prinsip-prinsip dasar budidaya organik udang windu di Sidoarjo. Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus dipatuhi:

1.  Larangan Penggunaan Bahan Kimia Sintesis

Petambak dilarang keras menggunakan pupuk kimia, pestisida, antibiotik, atau bahan kimia sintesis lainnya. Semua input produksi harus alami dan ramah lingkungan. Hal ini untuk menjaga ekosistem tambak tetap seimbang serta menjamin keamanan pangan bagi konsumen.

2. Penggunaan Bahan Pendukung yang Terkendali

Bahan-bahan pendukung seperti kapur, pupuk organik, atau probiotik alami hanya boleh digunakan setelah mendapat persetujuan dari Koordinator/Pengawas. Dengan begitu, standar yang diterapkan di semua tambak tetap seragam dan sesuai dengan ketentuan sertifikasi organik.

3. Pengendalian Ketat terhadap Bahan Baru

Jika petambak ingin mencoba bahan pendukung baru yang belum tercantum dalam daftar, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu. Proses ini mencegah masuknya bahan yang berpotensi merusak ekosistem tambak organik.

4. Larangan Penggunaan Kincir Air (Aerator)

Berbeda dengan daerah lain yang menggunakan kincir air untuk meningkatkan kadar oksigen, tambak organik di Sidoarjo melarang penggunaannya. Penjelasan ilmiah dan pembeda dengan daerah lain, yaitu:

  • Kincir air memang efektif menambah oksigen, namun menyebabkan fluktuasi kualitas air (pH, suhu, dan kestabilan ekosistem) yang bisa mengganggu udang.
  • Di Sidoarjo, oksigen hanya bersumber dari fotosintesis algae, picoplankton, dan sirkulasi alami air.
  • Larangan ini menjadikan tambak Sidoarjo lebih ramah lingkungan, hemat energi, serta menghasilkan udang yang lebih sehat.
  • Inilah salah satu keunikan lokal budidaya Sidoarjo yang membedakannya dengan tambak intensif di daerah lain seperti Lampung, Kalimantan, atau Sulawesi.

5. Sistem Polikultur

Budidaya udang windu di Sidoarjo menggunakan sistem polikultur, biasanya dengan ikan bandeng. Bandeng membantu mengendalikan kepadatan plankton, memanfaatkan sumber pakan berbeda, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Polikultur juga mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan efisiensi produksi.

6. Pengosongan dan Pengeringan Tambak (Nglantang)

Setiap unit tambak wajib dikosongkan minimal 2 kali setahun dan dikeringkan minimal 30 hari per tahun. Proses ini memutus siklus penyakit, mengurangi endapan beracun, dan mengembalikan kesuburan tanah tambak.

7. Pengaturan Kepadatan Tebar

Kepadatan tebar harus rendah, yaitu maksimum 4 -- 6 ekor/m2. Kepadatan rendah membuat udang tumbuh optimal tanpa stres, mengurangi risiko penyakit, dan menjaga ekosistem tetap seimbang.

8. Larangan Panen Dini

Udang windu dengan umur kurang dari 80 hari setelah tebar tidak boleh dipanen sebagai udang organik. Batas ini memastikan udang telah tumbuh secara alami dengan kualitas daging yang optimal.

9. Masa Transisi Tambak

Tambak yang sebelumnya menggunakan bahan kimia harus melalui masa transisi 1--2 siklus. Pada masa ini standar organik sudah diterapkan, namun hasil panen belum bisa disebut organik. Masa transisi memastikan tambak benar-benar bebas dari residu kimia sebelum sertifikasi organik diberikan.

10.Pakan Alami sebagai Sumber Nutrisi

Udang windu organik tidak diberi pakan tambahan seperti pellet. Seluruh kebutuhan nutrisinya dipenuhi dari pakan alami yang tumbuh di tambak seperti: algae, plankton, klekap, dan detritus.

Klekap

Klekap adalah kumpulan organisme mikroskopis yang berupa lumut, algae (ganggang), bakteri, dan berbagai mikroorganisme lain yang tumbuh menempel di dasar atau dinding tambak. Klekap biasanya terlihat seperti lapisan tipis berwarna hijau, cokelat, atau kehitaman. Dalam budidaya udang windu organik, klekap sangat penting karena:

  • Menjadi sumber pakan alami yang kaya protein dan nutrisi.
  • Membantu menstabilkan kualitas air dengan menyerap sisa pakan atau kotoran.
  • Memberi indikator kesehatan ekosistem tambak (jika klekap tumbuh baik, berarti kesuburan tambak terjaga).

Detritus

Detritus adalah sisa-sisa bahan organik yang telah mati atau terurai, seperti daun, sisa plankton mati, kotoran udang, atau mikroorganisme yang sudah tidak hidup. Dalam tambak, detritus berperan penting karena:

  • Menjadi sumber nutrisi tambahan bagi mikroorganisme kecil, yang kemudian dimakan oleh udang.
  • Membantu siklus hara di tambak, sehingga kesuburan tetap terjaga.
  • Menjadi bagian penting dalam rantai makanan alami, karena detritus akan diuraikan oleh bakteri menjadi mineral yang bisa dimanfaatkan plankton dan ganggang.

Bersambung...

Sidoarjo, 20 September 2025

Eko Setyo Budi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun