Menurut Nyoman Gede Maha Putra, ahli tata ruang sekaligus dosen Universitas Warmadewa, parahnya banjir Bali Denpasar bukan hanya karena faktor cuaca, tetapi juga ulah manusia. "Air tidak terserap ke tanah karena banyaknya alih fungsi lahan. Berkurangnya sawah, tegalan, atau hutan menyebabkan semua air permukaan mengalir ke sungai," jelasnya. Ia menambahkan, daerah sempadan sungai yang dahulu berfungsi sebagai area banjir kini hilang. "Saya pikir, ini titik penting buat kita memikirkan ulang tata ruang kota kita," tegasnya.
Hujan deras yang mengguyur Bali sejak Selasa 9 Oktober 2025 pagi memicu banjir di sejumlah wilayah, seperti Denpasar, Jembrana, Badung, dan Gianyar. Curah hujan ekstrem yang dipicu gelombang ekuatorial Rossby berlangsung lebih dari 24 jam sebelum akhirnya mulai mereda pada Selasa malam pukul 21.00 Wita.
Selanjutnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa fenomena Rossby sudah bergeser dari Bali menuju Pulau Jawa. "Sudah tidak ada lagi di Bali karena sudah bergeser ke arah barat, jadi ya memang yang harus kita intervensi sekarang adalah justru Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat," ujarnya.
Musibah Sebagai Sarana Mendekatkan Diri, Kembali Kepada Sang Pencipta Â
Musibah itu tidak selamanya dapat diartikan sebagai bentuk murka Allah kepada manusia. Musibah itu sendiri bisa berupa kesusahan, kesulitan maupun kesedihan karena mendapat sesuatu yang tidak disukai atau tidak diinginkan. Tidak seperti ujian yang selain kesusahan dan kesulitan, juga bisa berupa kesenangan dan kebahagiaan. Â Allah Swt. Â berfirman : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura [42]:30)
Sama seperti ujian, tidaklah Allah Swt. memberikan musibah kepada setiap hamba-Nya melainkan agar manusia itu sendiri dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Rasulullah Saw. bersabda : "Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, malainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya." (HR. Muslim)
1. Syukur dan Sabar
Dalam menghadapi musibah hendaknya setiap hamba Allah mensyukurinya karena Allah Swt. telah merencanakan sesuatu yang terbaik dari suatu musibah. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Ibrahim (14) ayat 7: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat ini sangat tegas sampai-sampai Allah bersumpah apabila di antara hamba-Nya tidak mensyukuri atau mengingkari nikmat-Nya, maka akan ditimpanya azab sangat berat. Sikap bersyukur terdapat keutamaan, Rasulullah Saw. bersabda, "... apabila ia mendapatkan kelapang hidup, lalu ia bersyukur, maka hal tersebut merupakan kebaikan baginya. Apabila ditimpa kesulitan, lalu ia bersabar, maka hal itu pun merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim).
2. Dibalik Musibah Ada Kebaikan dan Hikmah
Orang beriman meyakini bahwa dibalik musibah ada kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Insyirah [94] ayat 5-6: "Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Hikmah musibah sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mu'minun (23) ayat 115-116: "Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia."Â
3. Musibah Bagian Dari Takdir
Segala sesuatu terjadi di dunia ini atas takdir Allah Swt. dan takdir seseorang telah tertulis 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Adapun ketentuan takdir dalam al-Qur'an cukup banyak disebutkan di Surah Al-Hijr [15] ayat 21, firman-Nya: "Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan takdir tertentu."
Khazanahnya maksudnya segala sesuatu itu sumbernya dari Allah Swt. Dan tidak ada sesuatu pun dari makhluk ciptaan Allah di langit dan bumi melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya. Kami yang menguasai, mengatur, dan membagi rezekinya sesuai kehendak dan ketentuan Kami. Kami tidak menurunkannya kepada mereka melainkan dengan ukuran tertentu, yakni sesuai kondisi, kebutuhan, dan keadaan mereka masing-masing.
Apakah takdir bisa berubah?
Pandangan orang tentang takdir berpendapat, bilakah telah ditakdirkan terjadi semuanya pasti terjadi, baik seseorang berdoa maupun tidak. Sebaliknya, bilakah telah ditakdirkan tidak terjadi, segala sesuatu tidak akan terjadi, baik ia memohon ataupun tidak. Manusia ditakdirkan Allah dengan diberikan akal, semua gerak kehidupannya diikuti dengan nalarnya, seperti kebutuhan makan, perlu kawin, perlu berkembang dan sebagainya, jika hal itu tidak tejadi takdir maka tidak akan terjadi gerakan kehidupan ini. Rasulullah Saw. bersabda: "Takdir tidak bisa ditolak kecuali dengan doa, umur tidak bisa ditambah kecuali dengan kebaikan. Sesungguhnya seseorang terhalang dari rezeki lantaran dosa yang dia lakukan." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Kiat menghadapi takdir
Persoalan yang dihadapi kadang sama masalahnya, tapi yang membedakan sikapnya terjadi dimana, kapan? Oleh karena itu siapapun yang menginginkan kehidupan yang bahagia perlu ilmu (khususnya ilmu agama) dan ketrampilan (skill) dalam menghadapi permasalahannya. Kiat dalam menghadapi permasalahan kehidupan, khususnya hal-hal yang sudah itu  terjadi (takdir) adalah :
Siap
Kadang hal yang kita harapkan ataupun yang tidak diharapkan belum tentu sesuai dengan kehendak Allah. Tidak kecocokan kehendak inilah harus siap dihadapi apapun resikonya. Bahkan dianjurkan gigih berikhtiar untuk mencapai yang terbaik dunia dan akhirat, namun semuanya Allah yang menentukan sesuai dengan kemampuan diri manusia apa yang terbaik untuknya. "Ketahuilah kita punya rencana, dan Allah Swt. pun punya rencana, dan pasti yang terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah Swt., karena Allah lah perencana yang terbaik."
Rida
Apapun yang musibah yang telah terjadi siap menerimanya dengan rida (ikhlas), sebab masalah rida sangat terkait dengan hati. Langkah awal dimulai dengan mengolah hati agar kita ikhlas apa yang sudah terjadi. Mungkin pada mulanya setelah terjadi musibah hati kita tergoncang, stres, serba mencekam dirinya, sebab musibah yang terjadi begitu tiba-tiba, tidak menyangka sekali dan inilah pukulan pertama yang harus diatasi, apabila dapat dilewati maka pukulan berikutnya akan  mudah diatasinya. Kebanyakan terjadi musibah yang pertama inilah kita tidak siap karena belum mengalami sebelumnya.
Contohnya negara Jepang yang sering dilanda gempa, tsunami mereka telah terbiasa menghadapi, sehingga mereka tidak trauma dan berupaya memperbaiki dan bangkit kembali setelah terjadi bencana. Dengan kondisi hati yang rida (ikhlas) dan tenang menghadapi segala bentuk musibah maka sangat membantu proses pembentukan jiwa positif dan bangkit membangun kembali.
Positif
Kalau kita terbenam dengan kesedihan, kesusahan, kesulitan yang membelenggu jiwa dan pikiran kita tentu akan menjadi penderitaan, sebab  cepat atau lambat sangat tegantung pada diri kita sendiri untuk menemukan solusinya. Dan kita jangan terjebak rasa takut, tapi berusahalah itu ada hikmahnya, sebab Allah Swt. tidak membiarkan hambanya dalam kesulitan terus menerus seakan-akan dunia ini mau kiamat, dan semua ada takarannya, hanya kita mensikapinya dengan positif.
4. Musibah Sebagai Sarana Mohon Pertolongan dan Muhasabah (Instropeksi)
Setiap manusia pasti mengalami ujian dalam hidupnya. Sudah menjadi sifat dasar manusia ketika ditimpa ujian semisal wabah, meninggalnya kerabat, hilangnya harta, adalah akan memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Manusia akan mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa agar musibah atau keburukan yang menimpanya segera sirna. Baik dalam kondisi berbaring, berdiri, atau pun duduk, manusia akan segera berdoa meminta keburukan yang menimpanya segera berakhir. "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl [16]: 53)
Semoga kita diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini dan semakin dekat kepada Allah SWT.
Sidoarjo, 11 September 2025