Aku segera memasuki rumah kontrakan kami. Setidaknya selama setahun magang disini inilah tempat tinggal kami berdua belas.Â
Perempuan itu tampak mengamatiku yang sedang memegang cincin di jari manisku.
"Kenapa lihatnya begitu?" tanyaku.
"Setia amat Mas sama tunangannya" godanya.
===
Jakarta, Agustus 2011
"Seharusnya aku dulu tidak menunggumu di stasiun, seharusnya dulu aku biarkan dirimu tertinggal kereta" entah mengapa aku keceplosan mengatakan tumpahan perasaanku padanya.
Perempuan itu hanya terdiam tidak mengerti apa maksudku mengatakan begitu. Selama ini hubungan kami baik-baik saja. Aku memang dekat dengannya karena bidang yang kami tangani di kantor kebetulan sama.
Dua tahun yang lalu aku memang menunggu kedatangannya di stasiun Pasar Turi Surabaya. Aku tahu perempuan itu sebenarnya tidak ingin tinggal di Jakarta. Tapi kami tidak bisa serta merta meninggalkan rangkaian magang kerja di perusahaan ini. Jika dengan sengaja kami meninggalkan maka akan terkena denda puluhan juta rupiah.
Aku tidak mengerti mengapa aku begitu memperhatikan perasaanku. Beberapa waktu lalu aku bermimpi tentang perempuan ini. Di mimpi itu seolah dirinyalah yang menjadi calon istriku. Aku merasa kesal karena aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Semenjak aku memutuskan ikatan pertunanganku memang hanya dialah yang menjadi perhatianku. Namun sikap cueknya dan mudahnya dia bergaul dengan lelaki lain membuatku cemburu. Aku tidak mungkin mengakui rasa cemburuku, bagaimanapun juga perempuan itu belum waktunya untuk tahu perasaan yang kupendam untuknya.
===