Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Cinta

20 Februari 2019   16:28 Diperbarui: 13 Maret 2019   09:21 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secercah senyumnya pagi hari

Bagai secangkir kopi manis bagiku

Membuatku lelah hati

Namun juga rindu

"Semangat pagi semuanya" sapa perempuan itu, nadanya menirukan salah satu motivator terkenal. 

Aku menatapnya sekilas,  lalu melanjutkan kembali pekerjaanku. Tumpukan berkas yang dari kemarin belum juga kusentuh.  Sakit maag yang kuderita mulai parah,  hingga aku tak bisa berpikir jernih. 

"Sudah sehat Mas Bay? " tanyanya. 

Aku menatapnya.  Dirinya tulus menanyakan hal itu,  "Ya,  sudah mendingan"

"Kalau masih sakit tidak usah dipaksakan"

Aku meringis. 

Perempuan itu pun segera berlalu dari hadapanku. Sudah kuniatkan sejak hari ini untuk membatasi percakapan dengannya.  Bukan karena dirinya perempuan yang tidak asyik diajak berbincang.  Melainkan dirinya terlalu asyik untuk diajak bicara,  bertukar pendapat dan yang paling penting dirinya selalu bisa memahamiku.  Baru kali ini aku merasa ada perempuan yang secerdas dan seluwes dirinya merenggut perhatianku. 

"Mas Bay sakit gigi? " tanyanya tanpa melihat kearahku.  Dirinya kini sibuk dengan laptop putih mungil miliknya yang menyajikan data-data keuangan perusahaan. 

"Enggak"

"Tumben diam"

"Kamu sepertinya hari ini bahagia sekali"

"Ya,  bahagia kan pilihan. Daripada bersedih aku memilih untuk bahagia tiap harinya "

Raya,  nama perempuan itu. Dia adalah sahabat istriku.  Beberapa hari lalu istriki memergokiku sedang bercanda dengan Raya,  lalu dirinya cemburu. 

Raya memang asyik diajak bercanda,  ngopi-ngopi tipis sembari bercerita tentang hobi. Perempuan  yang tomboy ini ternyata memiliki hobi yang sama denganku.  Hiking,  travelling,  mempelajari sejarah,  bahkan kemampuan berpikirnya membuatku sering berbicara tentang kondisi perekonomian terkini. 

"Pagi tadi aku bertemu dengannya Mas"

"Siapa? "

"Abang ganteng"

Aku tahu persis siapa yang disebut abang ganteng olehnya. Seorang manajer muda yang pernah ada di hatinya. 

Hatiku mencelos.  Jelas aku cemburu mendengarnya.

"Bagaimana dia? "

"Baik dan masih membuatku deg-degan"

Ah,  itu sama sepertimu Raya,  yang selalu membuat detak jantungku tak menentu. 

"Kamu masih cinta dia? "

"Cinta itu urusan lain.  Aku hanya menyukainya, itu saja"

"Mengapa kamu tidak mengatakannya dengan jujur? "

"Sudah"

"Lah? "

"Dia memilih perempuan lain sebagai istrinya. Tentu saja aku bukanlah tipe bidadari yang dia idamkan"

"Kamu tidak bersedih? "

"Tentu  saja tidak"

"Ray,  aku suka kamu"

"Pagi-pagi jangan menggombal ah... "

Ah,  perempuan ini. Seandainya saja aku bertemu dengannya sebelum bertemu dengan istriku sekarang. 

Kuseduh teh hangat yang ada di meja kerjaku.  Berharap mampu menenangkan hatiku yang sendu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun