Briket arang adalah salah satu solusi cerdas dalam mengolah limbah organik seperti serbuk gergaji, tempurung kelapa, dan bahan biomassa lainnya menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan isu perubahan iklim, keterampilan ini menjadi semakin relevan dan bernilai bagi masyarakat. Keunggulan inovasi ini adalah mengurangi limbah pertanian, menghasilkan energi terbarukan, teknologi dapat diterapkan di desa dengan beaya yang rendah dan menjad potensi sumber pendapatan baru bagi petani
Juanita saat memulai acara pelatihan di Laboratorium Bahan Prodi Teknik Sipil Program StudiÂ
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purwokerto tanggal 9 Agustus 2025 mulai pukul 09.00 mengatakan bimbingan pembuatan briket arang berbahan dasar limbah pertanian adalah salah satu cara pemberdayaan masyarakat.  Kegiatan ini diisi dan dibimbing oleh Dr. Juanita,ST,MT dan Hardiyanto Wibowo, SE,M.Si, serta  Prof.Dr. Dini Siswani Mulia,M.Si. Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 30 orang.
Masyarakat yang dilatih dan dibimbing berasal dari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ketua PCA Kembaran Dra. Parsiti yang mewakili masyarakat menyambut baik kegiatan pelatihan ini. Pelatihan ini menjadi ajang pemberdayaan masyarakat dalam inovasinya yang nantinya bisa menjadi ladang penghasilan selain ladang pertanian, karena sumber bahan bakunya juga dari limbah pertanian. Limbah pertanian seperti sekam padi, tongkol jagung, serbuk gergaji, dan pelepah dan batok kelapa seringkali dianggap tidak memiliki nilai tambah. Melalui inovasi teknologi sederhana, limbah tersebut dapat diolah menjadi briket biomassa yang memilik nilai ekonomi sekaligus membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pembuatan briket arang ini dilakukan juga praktek langsung dengan mencetak briket menggunakan alat cetak limbah botol plastik yang dipotong menjadi cetakan. Pelatihan ini diharapkan  mempunyai potensi untuk mengembangkan briket arang di daerah Kembaran.
Selain pelatihan dalam membuat briket arang limbah pertanian, peserta juga dilatih mengenai pengelolaan keuangan  usaha briket oleh Hardiyanto yang menguasai bidang keuangan dan pemasaran. Diharapkan dengan pemberian materi ini masyarakat Ledug tidak hanya mampu membuat briket dari limbah pertanian saja, tetapi juga mampu memasarkan dan mengelola keuangannya. Pelatihan ini menjadi salah satu kegiatan yang menunjukkan upaya dosen UMP untuk memberdayakan masyarakat sekitar melalui berbagai bidang.Â
Disampaikan pula bahwa jika dilihat dar aspek keuangan beaya produksi untuk bahan baku tergolong murah, bahkan bisa gratis karena berasal limbah, peralatan juga bisa diambil atau dibuat sendiri dari baha di sekitarnya. Keunggulan yang lain adalah mempunyai potensi untuk sumber pendapatan baru bagi petani dengan potensi pendapatan Rp.5000-8.000 per kg (harga jual pasaran) (Eka)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI