Mohon tunggu...
Eins Latifah
Eins Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

reading/watching/traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Titik Temu Wahabi dan Nahdlatul Ulama

25 Desember 2022   23:37 Diperbarui: 25 Desember 2022   23:39 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nahdatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi besar yang ada di Indonesia, NU berdiri di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 oleh Hadratusyaih KH Hasyim as-Sya’ri dan peran beberapa tokoh lainnya seperti KH Wahab Hahsbullah dan KH Bisri Syansuri. Salah satu tujuan nya didirikan organisasi keagamaan ini salah satunya untuk membendung faham-faham radikal salafi wahabi di Arab Saudi yang saat itu sedang naik daun pada tanggal 1924-1930. Hal ini yang melatar belakangi harus dibentuknya organisasi keagamaan suapaya faham-faham dari ajaran islamisasai dan adat tidak bertentangan dengan masyarakat.

Kultur budaya dan kemasyarakatan adalah sah satu faham yang di bawa oleh NU dalam menyebarluaskan faham-faham ke NU-an. Hal ini didasari atas apa yang dulu dilakukan oleh para pejuang-pejuang islam yang menyebarkan agama islam melalui pendekatan kultur-budaya dan sosial kemasyarakatan, tidak jumud, tidak kaku dan fleksibel sehingga diterima dikalangan masyarakat atas maupun menengah kebawah.

Sementara Wahabi adalah salah satu gerakan yang dilakukan oleh pendiinya yaitu Syeh Muhammad bin Abdul  Wahhab dari Hijaz Arab Saudi. Sebelum menjadi sebuah gerakan yang diakui oleh kerajaan Suudiyah (pendiri Negara Arab Saudi) hanyalah sebatas faham-faham mujadid Syeh Muhammad bin Abdul Wahhab saja yang saat itu disekirtan Jazirah banyak melakukan suatu hal yang betentangan dengan akidah seperti; khufarat, bida’ah dan lain sebagainya. Sehingga atas dasar itulah Syeh Muhammad ibn Abdul Wahahb ingn mengembalikan lagi kepada ajaran hakikat agama yang sesungguhnya yang dikerla dengan sebutan pemurniah ajaran’’

   Seteleh Suud berkuasa berubah menajadi gerakan organisasi yang bergerak dalam bidang keagamaan di Arab dengan mazhab Imam Ahmad yang tentunya banyak perbedaan kultur dan budaya secara sekeluruhan. Sehinnga tidak akan pernah bersatu antara Wahabi dan NU jiaka tidak sadar akan perbedaan itu, kalau kta ingi melihat betul  .

bersatu karena pastinya memiliki perbedaan karean mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Dalam tulisan nya beliau menjelaskan banyak beberapa kesahfahaman yang terjadi antara masyarakt NU terhadap pandangan Wahabi begitu pun sebaliknya. Sehingga masyarakat cenderung lebih banyak melihat sisi negative nya dari pada sis positif diantara kedua organisasi keagamaan ini. Banyak perdebatan-perdebatan yang terjadi sehinnga banyak menimbulkan keresahan dimasyarakat,  sehingga penulis ingin menghadirkan tulisan-tulisan seolah-olah perbedaan itu sebagian dari banyaknya kesamaan antara NU dan Wahabi.

            Dalam tulisan yang berjudul titik temu NU-Wahabi  beliau menggunakan istilah ‘’ Wahabi’’ bukan salafi, karean identik wahabi dalah salafi yang kebanyakan orang dan pengikunya menyematkan salafi sebagai ahlusunnah wal jamaah, begitu pun pula penyematan NU adalah ahli sunnah wal jamaah, tetapi harus di garis bahwahi tidak sepenuhnya mereka mengetahui perbedaan itu hanya saja penulis disini tidak menggambarkan lebih spesifik faham-yang bertolak belakang tersebut, tetapi beliau mengatakan: ‘’untuk mengetahui nilai-nilai wahabi kita haruslah membaca kitab-kitab ya menjadi rujukan paham-paham wahabi seperti;kitab karya Iman Ibnu Taimiyyah, Imam Ibnu Qayyum dan karya karya Imam Syeh Usaimin dan Syeh Muhammad ibn Abdul Wahhab.

Dari keseluruhan isinya tidak menggambarkan hal tersebut harusnya beliau menyematkan kedalam tulisannya itu wahabi salafi sebagai penguatan bahwa yang dikmkasud oleh penlis buku ini adlah sifat-sifat wahabi yang cenderung tekstual dan tradional. Paling tidak menggunakan persfektif para lawan-lawan wahabi. Karean persfektif wahabi mereka adalah sebagai pengikut as-Shlafuna shalih, al-Firqah an-Najah,  secara sdadar dan tidak sadar telah menggunakan persfektif lawan-lawan wahabi, dalam menyebut kelompok tersebut. Secara tidak langsung. penulis ingin menyatakan pedapatya secara lebih sohih agar lebih objektif supaya membaca persamaan-persamaan anatara Wahabi danNU bgitu pun simaptisan wahabi yang harus membaca kita-kitab/ literasi pendiri NU.

Selain itu, beiau memahami abhawa yang otentik untuk memahai pandangan whabi adlaah dari tiga tokoh yang masyhur seperti Ibnu Qayyu, Ibnu Taimiyyah, Syeh Muhammad bin Abdul Wahab. Padalah pendiri wahabi mengatakan dirinya independen dari tokohdari tokoh-tokoh lain meskipun para ulama ini mengutif dari tokoh-tokoh yang lainnya. Sehingga semkain terus berkembang tidak tidak kalah otentiknya genrasi setelahnya speerti Syeh Utsaimin Abdul Aziz bin Baz dan lainnya. Begitupun pun pula dalam memamhami Nu bukan hanya saja lieratur-literatur yang ada begitu pun dengan dari ADNU dan bathsul masail yang diekuarkan NU yang terus berkembang dan ini menjadi pedoman organisasai NU.

            Dari tulisan itu disebutkan bahwa ada dua hal penting yang menjadi closing statmant pertama, dalam penisbatan yang dilakukan penulis meskipun disana penulis menyajikan titik temu anatara NU- Wahabi tetapi disana harus pula dihgambarkan letak perbedaan mendasar dari keduanya meskiun dalam beberapa hal yang membedakan seperti penisbatan wahabi salafi itu harus dikaji secara ilmiah agar para pembaca mengetahui penisbatan ahlusunnah wal jamaah karena. Begitu pun dengan pengikut wahabi harus dijelaskan secara spesifik bahwa NU juga termasuk ahslu sunnah wal jamaah. Tidak mengherankan banyak adu mulut yang dilakukan sebagian orang karena mereka tidak mengetahui esensi latar belakang berdirinya NU dan wahabi . Kedua, argument keorsinilan mengenai tokoh-tokoh yang dijadikan sebagai penulis seolah-olah penulis stak disana agar melihat tokoh sebelum dan mengabaikan targumen dari hal yang lain seperti Bathsul Masail di NU, pendapat ulama para tokoh seperti Syeh Utsaimin pengarang syarah Hadist Arbain dan lainnya, tujuannya untuk membandingan pola pemikiran-pemikiran sehigga tidak salah faham dalam memahami NU dan Wahabi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun