Mohon tunggu...
Mochamad imron kurniawan
Mochamad imron kurniawan Mohon Tunggu... Buruh konser dengan sejuta karya

Orang belakang layar yang suka cerita depan layar. Aktif bikin event, nulis blog, dan bantu anak muda nemuin panggungnya. Masih sendiri, tapi gak sendiri dalam berkarya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saat Kematian Mengetuk Hati Ku

11 Oktober 2025   03:23 Diperbarui: 11 Oktober 2025   03:23 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hari itu saat prosesi pemakaman berlangsung. sumber doc peribadi

"Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?"

Bagi yang beriman, lidahnya dipermudah untuk menjawab. Ia mengatakan dengan yakin bahwa Tuhannya adalah Allah, agamanya Islam, dan Nabinya Muhammad. Kuburnya pun dilapangkan, diterangi cahaya, dan diperlihatkan tempatnya di surga. Ruh itu pun beristirahat dengan damai.

Namun bagi mereka yang lalai, yang tidak pernah mengenal Allah, lidahnya terasa kaku. Pertanyaan itu terasa seperti petir yang menghantam dada. Kuburnya menjadi sempit, gelap, dan dipenuhi rasa sesak. Pintu neraka diperlihatkan, dan panasnya mulai menyentuh ruhnya. Itulah awal dari alam barzakh. Masa penantian panjang sebelum datangnya hari kebangkitan. Tidak ada lagi dunia yang bisa dilihat, hanya doa dari mereka yang masih hidup yang bisa menjadi penolong.

Dari semua renungan ini aku belajar tentang dua hal penting dalam hidup: Hablum minallah dan Hablum minannas. Hablum minallah berarti hubungan kita dengan Allah, bagaimana kita menjaga ibadah, keikhlasan, dan ketaatan kepada-Nya. Sedangkan Hablum minannas adalah hubungan kita dengan sesama manusia, bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan kasih, adil, dan rendah hati. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Karena mustahil seseorang dekat dengan Allah tapi menyakiti manusia, dan mustahil pula seseorang benar-benar baik kepada manusia jika jauh dari Allah. Aku ingin terus belajar menjaga keduanya, agar ketika waktuku tiba, aku pergi dengan tenang, membawa iman yang kuat dan kenangan baik di hati orang-orang yang pernah mengenalku. Di tengah semua renungan ini, aku juga berdoa dalam hati. 

Ya Allah, jika Engkau masih memberiku waktu, tuntunlah aku untuk memperbaiki diriku. Lembutkan hatiku agar lebih mudah memaafkan dan lebih sering bersyukur. Jadikan aku hamba-Mu yang taat kepada-Mu dan bermanfaat bagi sesama.

Dan di sela doa itu, aku juga berharap,

Ya Allah, pertemukanlah aku dengan seseorang yang bisa menuntunku bersama-sama mencari ridha-Mu. Seseorang yang dengannya aku bisa membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan berjodoh dengannya bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Karena pada akhirnya, setiap jiwa akan kembali kepada Tuhannya. Yang tersisa hanyalah doa, amal, dan cinta yang kita tanam selama hidup. Semoga aku, keluargaku, dan siapa pun yang membaca ini, selalu diberi waktu untuk memperbaiki diri sebelum waktu itu benar-benar tiba.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun