Mohon tunggu...
Egi Agustian Rahmat Sukendar
Egi Agustian Rahmat Sukendar Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni INDEF School of Political Economy and Finance Jakarta

Izinkan hati dan akal memantik realitas sosial dalam bentuk sebuah karya sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja Merindu

14 Juli 2019   01:04 Diperbarui: 14 Juli 2019   01:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heningnya malam merenggut kenyamanan ku dalam sepinya kemuning,panaroma senja yang bersketsakan wajahmu tenggelam dalam keheningan.
Masih tersimpan rapih rasa yang tumbuh dalam untaian,
Tak pernah ada jeda bayangmu hadir dalam ingatan.
Canda dan tawamu adalah tajuk rinduku dalam kesendirian.

Jarak bak pencuri yang  memaksa ku pasrah mengharapmu, Gigilku tak luput dari bayang-bayangmu.
Hati ini kembali mengadu di penghujung hari, tak berdaya menuntun rasa untuk pergi.
Senja memang indah, tapi realita tak pernah kompromi.
Hanya soal aku dan kamu saja tak kunjung usai, kausalitas kita agaknya bukan takdir tuk bersemai.

Jika senja adalah isyarat tuhan tuk mengabulkan doa, pintaku sederhana hanya bersamanya hingga menua.
Sejujurnya aku hanya merindu, hingga senja tiba aku tak pernah berhenti mengadu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun