Asisten profesor  Christhoper James Piech, salah seorang penggagas Code In Place, dalam salah satu video tutorial menyebutkan bahwa seorang koder yang sukses bukan orang yang langsung bisa menemukan kode yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Koder yang sukses adalah koder yang mau terus  belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dibuatnya dan terus berusaha mencari solusi hingga diperoleh kode yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tidak menyerah walaupun menempuh jalan memutar karena banyaknya kesalahan dalam kode yang dibuatnya. Tidak ada orang yang menjadi ahli dalam sekejap (There is no instant expert).
Hal yang saya pelajari dari poin ini :
Semua pelajaran itu bisa dikuasai. Pahami dasar-dasar maupun prinsip-prinsipnya terlebih dahulu. Jika dasarnya sudah dikuasai maka kita siap untuk mempelajari hal yang lebih kompleks. Dengan pola pikir ini tidak perlu ada lagi dikotomi pelajaran, kelompok IPA, IPS maupun Bahasa. Semua bisa dipelajari. Saat memasuki dunia kerja, semua menjadi interdisipliner. Tidak ada ilmu yang berdiri sendiri, semua saling berhubungan.
5. Koding itu menyenangkan
Kursus di Code In Place tidak diawali dengan pengenalan Python. Melainkan langsung praktik dengan menggerakkan Karel si Robot di dunianya dengan bahasa pemrograman Python. Syntax pemrograman Python langsung diaplikasikan agar bisa membuat Karel si Robot bergerak sesuai perintah. Bagi saya selaku pemula, ini seperti bermain game sekaligus kita diberi pemahaman melalui praktik langsung bagaimana membuat koding dengan syntax yang benar menggunakan bahasa pemrograman Python. Setelah peserta paham mengenai syntax pemrograman Python, minggu berikutnya baru kami mulai membuat kode dalam bahasa pemrograman Python yang sebenarnya. Dan kami tidak mengalami kesulitan saat menuliskan syntax Python, karena sering berlatih dengan Karel. Hal lain yang menyenangkan, Code In Place ini kursus yang sifatnya global. Jadi kita bisa berinteraksi dengan beragam orang dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang budaya, sosial dan ekonomi yang beragam pula. Pembelajarannya menyesuaikan dengan kemampuan, kecepatan dan waktu luang kita untuk belajar. Menurut saya ini suatu hal yang inklusif. Sertifikat baru bisa diunduh setelah kita menuntaskan semua tugas dan menyelesaikan proyek akhir.
Hal yang saya pelajari dari poin ini :
Mengelola suatu pembelajaran dalam bentuk permainan adalah hal yang sangat menyenangkan dan memotivasi siswa. Terlebih jika pelajaran tersebut bisa menyesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing siswa. Hal ini akan sangat inklusif karena akan memudahkan siswa dengan kebutuhan khusus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI