Mohon tunggu...
Ega Wiguna
Ega Wiguna Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sastra || @sastra.wiguna_

Memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat banyak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar Harapan Kebangkitan Umat Islam Indonesia

24 November 2019   20:00 Diperbarui: 24 November 2019   20:05 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Islam lahir dan berkembang sepenuhnya dalam darah dan daging sejarah, tidak dalam kevakuman budaya dan tidak pula dalam ruang sunyi yang jauh dari keramaian suasana kota."  _Ahmad Syafi'i Ma'arif_

Begitulah sebuah kutipan kalimat yang menggambarkan bahwa Islam lahir bukan dari suasana yang serba statis, namun Islam justru lahir dan berkembang dalam iklim yang dinamis. Sebagai agama sejarah, Islam telah, sedang, dan akan terus berinteraksi dan bergumul dengan lingkungan yang terus berubah sebagai bagian dari perubahan sosial yang tidak mengenal henti (Ma'arif, 2009). 

Seperti halnya ketika Islam masuk ke Indonesia yang berinteraksi melalui pendekatan kebudayaan masyarakat, Islam mampu berbaur dan diterima di lingkungan masyarakat Indonesia yang saat itu didominasi oleh ajaran Hindu dan Buddha. 

Meskipun tidak dipungkiri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia memakan waktu yang panjang dan stamina perjuangan yang sangat luar biasa.  

Sehubungan dengan kuantitas muslim Indonesia yang sangatlah besar, kenyataan yang tidak bisa pungkiri adalah kelemahan umat Islam di Indonesia dari sisi kualitas yang jauh dengan kuantitasnya. Lemahnya dari sisi kualitas berimbas pada kehidupan sebagian masyarakat yang bisa dibilang hidup dalam keterbelakangan ataupun kemiskinan. 

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta orang, dimana jumlah tersebut menurun sekitar 530 ribu orang dibandingkan dengan kondisi pada September 2018. Meskipun kondisi kemiskinan menurun, namun jumlah tersebut masihlah terbilang sangat banyak. 

Lalu yang menjadi pertanyaan adakah harapan Indonesia untuk bangkit, menyelesaikan problematika kemiskinan ini? Bagaimana dengan harapan kebangkitan umat muslim di Indonesia sebagai basis mayoritas, akankah membawa Indonesia ke arah yang lebih baik? 

Untuk mengetahui hal tersebut bukan hanya sekedar harapan kosong, maka persatuan umat Islam haruslah diperhatikan, dijaga dan terus dipupuk hingga benar-benar nantinya membawa kebangkitan umat Islam, sekaligus kebangkitan Indonesia menjadi kenyataan. 

Tentunya bukan hanya sekedar persatuan saja yang dibutuhkan, sebagaimana Yusuf Effendi dalam bukunya yang berjudul "Kebangkitan Kedua Umat Islam: Jalan Menuju Kemuliaan" beliau menyebutkan bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam mewujudkan kebangkitan umat Islam, yakni umat Islam harus berpegang pada demokrasi, akhlak, dan ilmu. 

Sehingga dengan ketiganya tersebut keterbelakangan serta kemiskinan yang dialami masyarakat saat ini dapat bertransformasi menjadi kesejahteraan dan kemajuan. 

Pendapat lain muncul dari Azyumardi Azra yang merupakan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sebagaimana dilansir dalam RMOL 09/07/15), meskipun dalam hal ini sependapat dengan ketiga syarat tersebut, namun beliau mencoba menguraikan kembali menjadi lebih rinci, sehingga ada enam syarat yang harus dipenuhi, diantaranya: 

(1) stabilitas politik, semakin stabil sistem politik suatu negara, maka semakin tinggi potensi kebangkitannya;
(2) kekuatan ekonomi dan 
(3) kemandirian, semakin ketergantungan suatu negara pada negara lain (tidak mandiri), maka peluang untuk maju sangatlah kecil ataupun potensi kebangkitannya semakin rendah;
(4) pemahaman keagamaan, semakin inklusif pandangan keagamaan di sebuah negara, maka peluang untuk bangkit menjadi semakin besar;
(5) pemikiran keislaman, semakin modern pemikiran keislaman masyarakat, maka peluang untuk maju semakin terbuka;
(6) sistem sosial budaya, semakin sisitem sosial budaya itu menjunjung domestifikasi, maka semakin kecil peluang untuk maju. 

Bagaimana Stabilitas Politik Indonesia Saat Ini?

Kemajuan umat Islam ataupun kemajuan sebuah negara salah satunya bisa dilihat dari stabil tidaknya sistem politik. Jika ditengok dari awal pemerintahan era ini kondisi politik Indonesia cukup stabil. 

Peneliti studi politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro mengungkapkan faktor yang memberikan dampak positif terhadap kondisi politik di Indonesia salah satunya adalah gemuknya koalisi pemerintahan yang sekarang.

Dengan gemuknya koalisi tersebut dapat meredam berbagai kegaduhan politik, sehingga berdampak positif pula terhadap efektivitas pelaksanaan kebijakan pemerintah. 

Terlepas dari itu, yang menjadi titik fokus yang harus diperhatikan sekarang adalah isu terkait dengan wakil rakyat yang kurang amanah, dan terkesan selalu mangkir dari proses hukum, dan bahkan pandai membuat drama. 

Pada saat politik sudah menjadi mata pencaharian, maka dalam hal ini tidak banyak pemimpin yang bertahan dalam bingkai idealismenya. 

Padahal demokrasi selalu menuntut para pemainnya untuk jujur, bertanggung jawab dan berpihak sepenuhnya pada kepentingan umum. Sebagaimana yang dikemukakan W.S Rendra tentang "Mesin Budaya" kedaulatan rakyat untuk membentuk Indonesia masa depan yang lebih adil dan kreatif.

"Mesin Budaya" yang berdaulat rakyat, adil, berperikemanusiaan, dan menghargai dinamika kehidupan, adalah "Mesin Budaya" yang mampu mendorong daya hidup dan daya cipta anggota masyarakat dalam Negara. Tetapi "Mesin Budaya" yang berdaulat penguasa, yang menindas dan menjajah, yang elitis dan tidak populis, sangat berbahaya.

Kalimat terakhir itulah mungkin yang menjadi penekanan Rendra tentang sikap yang harus dihindari oleh wakil rakyat. Karena salah satu contoh kasus wakil rakyat yang sudah menjadikan "politik sebagai mata pencaharian" sebagaimana diungkap diatas, apabila dibiarkan akan berbahaya. Bukan tidak mungkin.

Hal ini akan berdampak pada tingkat kredibilitas ataupun kepercayaan masyarakat terhadap DPR ataupun pemerintah menurun atau bahkan yang paling fatal adalah ketika masyarakat tidak mempercayai lagi akan wakil rakyatnya, maka akan berdampak pada demokrasi Indonesia kedepannya. Pada akhirnya bila ini terus berlarut-larut akan berimbas pada kegaduhan politik di Indonesia.

Bagaimana Kekuatan Ekonomi dan Kemandirian Indonesia Saat Ini? 

Semakin ketergantungan suatu negara dengan negara lain (tidak mandiri), maka semakin rendah potensi kebangkitan negara tersebut. Jika dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya tingkat ketergantungan Indonesia terhadap negara lain adalah kecil. Namun jika dilihat kenyataannya, Indonesia masih sangat bergantung pada impor dari negara lain. 

Bahkan beras, dan garam sekalipun yang sumbernya begitu melimpah di Indonesia harus mengimpor, karena masalah kualitas ataupun pengolahan (teknologi yang tidak dimiliki). Terlepas dari itu, yang perlu dibanggakan adalah perkembangan kemadirian masyarakat muslim khususnya selepas aksi 411 dan 212, tidak dipungkiri bahwa sejak saat itu umat Muslim seolah-olah tersentak dan bangun dari tidurnya. 

Dampak dari persatuan itu sungguh sangatlah luar biasa, baru sekitar beberapa tahun saja sudah banyak muncul pergerakan-pergerakan perkonomian umat. 

Muncul puluhan bahkan mungkin ribuan minimarket yang berbasis jamaah mesjid dan berbagai komunitas dakwah, koperasi, perusahaan, dan lain sebagainya yang terpampang nyata membangkitkan perekonomian masyarakat. Dan harapannya dapat menjadi amunisi untuk membawa pada kemadirian bangsa.

Dari dua kriteria ataupun syarat dari kebangkitan Indonesia yang telah diuraikan diatas,  kita sudah bisa menakar kira-kira apakah harapan kebangkitan Indonesia itu hanya harapan kosong, ataukah harapan yang memang benar-benar dapat terwujud dalam waktu yang tidak diketahui. 

Cepat atau lambat itu tergantung masyarakat khususnya umat Muslim sebagai basis mayoritas dan para aktor yang menjalankan pemerintahan (negara ini), seberapa serius untuk mewujudkannya.

Mudah-mudahan Indonesia bisa menjadi sebuah "perumahan" yang membuat betah bagi kehidupan bersama sebagai bangsa dan negara, bukan Indonesia yang tercabik-cabik oleh gravitas disintegratif atau benturan kepentingan parokial atas nama golongan, agama, suku, dan latar belakang sejarah.

Persatuan Umat Islam, untuk Kebangkitan Indonesia,

Bersama, bersatu kita bangkit,

Hidup Indonesiaku yang bersatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun