Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Takjil War, Perang Baju Lebaran, dan Sikap Umat Islam

31 Maret 2024   15:57 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:00 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana masyarakat berburu takjil di bulan Ramadan (Sumber : UMS Surakarta via rri.co.id)

"Ramadan tahun ini seru. Toleransi dijunjung tinggi melalui pertakjilan dan lain-lain," tulis netizen di kolom komentar salah satu jejaring sosial.

Setali tiga uang dengan pernyataan di atas, adapun topik berita utama beberapa media massa elektronik bertajuk sama dalam satu pekan ini yaitu tentang viralnya aktivitas non muslim mengikuti war takjil hingga baju lebaran.

Pemberian istilah yang unik menjadikan fenomena ini semakin tersebar di media sosial dengan berbagai pemberitaan unik dan menarik. Begitu pun di ranah faktual, fenomena tersebut juga menjadi perbincangan hangat hingga kini. Hal demikianlah yang memberikan warna tersendiri pada Ramadan tahun ini.

Menariknya, bahkan salah satu pemuka agama non Islam membuat sebuah gerakan memborong menu berbuka (war takjil) sebagai bentuk toleransi antarpemeluk agama. Tindakan demikian pun banyak mendatangkan dukungan positif sebagian besar warganet yang menghiasi postingan di berbagai media sosial.

Merujuk pada fenomena takjil war dan perang baju lebaran sebagai bentuk toleransi, maka ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian mengingat aktivitas ini kembali pada tujuan permulaan.

Pertama, bertujuan untuk melarisi para pedagang terutama pegiat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti pedagang takjil makanan dan minuman, toko baju muslim, pengrajin songkok atau peci, dan sebagainya.

Pedagang merasa diuntungkan dengan fenomena tersebut. Pasalnya, mereka bukan sekadar membeli melainkan memborongnya. Sehingga gerakan tersebut patut diapresiasi karena mereka berhasil membahagiakan hati para pedagang. Lebih tepatnya bisa diungkapkan manisnya cuan bagi para pedagang yang melebur sekat agama.

Kedua, bertujuan untuk berbagi. Berbagi hadiah adalah simbol cinta. Demikian pun tertuang pada aktivitas yang fenomenal tersebut. Atas dasar toleransi dan rasa kemanusiaan, mereka membagikan sebagian atau bahkan semua takjil yang diborong untuk para muslim yang sedang menanti waktu berbuka.

Sungguh kenampakan yang adem, selain meningkatkan perputaran roda perekonomian para pedagang, gerakan "perang" ini bertujuan untuk saling berbagi sesama manusia.

Ketiga, sebagai konten inspiratif. Ketertarikan non muslim terhadap takjil atau baju lebaran sebenarnya sudah ada sejak dulu. Semenjak di era digital, barulah menjadi tren karena viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun