Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kritik Dirut PT LEN Industri soal Energi Terbarukan di Komisi VII DPR RI

5 Februari 2021   06:46 Diperbarui: 5 Februari 2021   07:05 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dirut PT LEN Industri (Persero) Bobby Rasyidin. (Foto: YouTube/Komisi VII DPR RI Channel)

Mengutip paparan PT LEN Industri (Persero) dalam rapat tersebut, perusahaan ini mengatakan bisa menyatukan kompetensi PLTS dengan kompetensi charging station untuk solusi hybrid EV charging station.

Dalam urusan baterai listrik, Bobby mengatakan sejak 2018, PT LEN Industri memproduksi komponen battery pack BMS. Nilai TKDN di dalamnya diklaim di atas 40 persen. 

Ia menyebut BMS telah diuji di beberapa kendaraan listrik dan sampai saat ini memiliki performa cukup baik. 

Tantangan pengembangan baterai dan infrastruktur kendaraan listrik ini cukup lebar, menyangkut investasi, harga, regulasi, perpajakan, riset dan teknologi, dan kelestarian lingkungan itu sendiri. 

Karena itu, hitung-hitungan yang memadai perlu dipertimbangkan.

Mengutip paparan Proyeksi Perencanaan Ketenagalistrikan Melalui RUPTL 9 September 2020 diunggah dari laman web Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, terdapat poin yang menyebutkan, "Pengembangan pembangkit di sistem isolated (remote area) masih menggunakan pembangkit BBM, namun dalam pengembangan ke depannya dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi energi menggunakan pembangkit EBT (PLTS, biomas, hybrid, dll) dan LNG selama nilai keekonomiannya layak."

Sementara tantangannya, "Pengembangan PLTS skala besar membutuhkan lahan yang sangat luas. Sifatnya yang intermittent akan mempengaruhi keandalan sistem. Selain itu, pengembangan PV rooftop yang masif akan menyebabkan perubahan profil demand."

Hitungan lainnya adalah, sebagaimana disebutkan sebelumnya PLTU masih mendominasi pembangkit. 

Mengutip Katadata.co.id, pada Juni 2020, pembangkit bertenaga batu bara telah menghasilkan 35.220 megawatt atau 50 persen dari total kapasitas listrik.

Pimpinan rapat Ramson Siagian dari Fraksi Gerindra mengambil gilirannya untuk berbicara. Ia mengatakan, Komisi VII DPR RI mendukung pengembangan kendaraan listrik ini untuk masa depan Indonesia.

"Agar kita juga bisa menghasilkan energi bersih karena kendaraan bermotor banyak mengkontribusikan emisi gas rumah kaca sehingga dengan men-switch dengan energi listrik, itu akan mengurangi sekitar 70 persen."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun