Sebelumnya, Facebook menghapus video unggahan Trump tentang Capitol Hill--tetapi tidak sepenuhnya mengutuk kekerasan itu.
Pada akhirnya, saluran komunikasi Trump sekarang sangat terbatas.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius dalam menanggapi hakikat kebebasan berbicara di media sosial.
Trump masih Presiden sah Amerika Serikat hingga hari ini.
Perusahaan media sosial melakukan tindakan bersejarah. Mereka tidak mengizinkan presiden berbicara. Kongres sekalipun agaknya tidak mungkin melarang Presiden berbicara, karena dia memang harus bicara.
Namun, Jonathan Greenblatt, CEO dari Anti-Defamation League, mengatakan Twitter telah membuat "langkah luar biasa" dalam membatasi akun Donald Trump, laporan CNN.
Jonathan percaya, tindakan tersebut mengakhiri warisan kebencian dan fitnah.
Berbagai teori konspirasi, informasi salah, sambungnya, memiliki efek hasutan pada kerusakan lebih lanjut pada demokrasi.
Ini ada benarnya juga. Alih-alih menyodorkan alasan demokratis untuk membela Donald Trump, rakyat Amerika sekarang menghadapi situasi genting yang harus diselesaikan.
Langkah pembatasan mungkin sudah tepat. Tetapi ini hanya bersifat sementara, setidaknya sampai pemerintahan Trump beralih ke Joe Biden.
Dalam jangka panjang, tindakan pembatasan media sosial Presiden sangat berpeluang dikoreksi agar tidak dilakukan lagi.