Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Twitter Tutup Akun Presiden, Mana Lebih Utama, Kebebasan Berbicara atau Keselamatan Publik?

10 Januari 2021   06:49 Diperbarui: 10 Januari 2021   07:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump. (Foto: JIM LO SCALZO/EPA-EFE via KOMPAS.COM)

Presiden AS Donald Trump tidak saja menggegerkan penduduk di dunia nyata dengan ucapan dan tindakannya, tetapi juga kehidupan di dunia maya.

Dia adalah pengguna aktif di Twitter. Dan sebagian besar tweet-nya menjadi subjek percakapan bagi publik, pejabat, politisi, dan pengusaha di dunia.

Di Twitter, dia berulang kali menyuarakan tuduhan kecurangan dalam pemilihan presiden AS.

Namun penjelajahannya di Twitter berakhir Jumat, 7 Januari 2021. Akun Donald Trump @realDonaldTrump tidak terlihat di Twitter.

Manajemen Twitter secara resmi menutup akun Donald Trump karena dua tweet terbarunya tentang "75 juta patriot Amerika memilihnya" dan pernyataan bahwa "dia tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari 2021" dipandang dapat menginspirasi orang lain meniru peristiwa kekerasan di Capitol Hill, mengutip blog Twitter.


Bukan hanya di Twitter.

Perusahaan media sosial lainnya, Reddit, Twitch, YouTube, Facebook, dan Instagram, juga mengambil tindakan pembatasan pada akun Donald Trump atau kanal yang terhubung dengannya.

Facebook adalah contoh menarik.

Facebook melarang Donald Trump untuk memposting di akun Facebook-nya selama dua minggu ke depan sampai transisi pemerintahan ke Presiden terpilih AS Joe Biden selesai, lapor Axios.com.

CEO Mark Zuckerberg mengatakan pihaknya meyakini ada risiko bila mengizinkan Presiden terus menggunakan layanan Facebook selama periode sekarang.

Sebelumnya, Facebook menghapus video unggahan Trump tentang Capitol Hill--tetapi tidak sepenuhnya mengutuk kekerasan itu.

Pada akhirnya, saluran komunikasi Trump sekarang sangat terbatas.

Hal ini menimbulkan pertanyaan serius dalam menanggapi hakikat kebebasan berbicara di media sosial.

Trump masih Presiden sah Amerika Serikat hingga hari ini.

Perusahaan media sosial melakukan tindakan bersejarah. Mereka tidak mengizinkan presiden berbicara. Kongres sekalipun agaknya tidak mungkin melarang Presiden berbicara, karena dia memang harus bicara.

Namun, Jonathan Greenblatt, CEO dari Anti-Defamation League, mengatakan Twitter telah membuat "langkah luar biasa" dalam membatasi akun Donald Trump, laporan CNN.

Jonathan percaya, tindakan tersebut mengakhiri warisan kebencian dan fitnah.

Berbagai teori konspirasi, informasi salah, sambungnya, memiliki efek hasutan pada kerusakan lebih lanjut pada demokrasi.

Ini ada benarnya juga. Alih-alih menyodorkan alasan demokratis untuk membela Donald Trump, rakyat Amerika sekarang menghadapi situasi genting yang harus diselesaikan.

Langkah pembatasan mungkin sudah tepat. Tetapi ini hanya bersifat sementara, setidaknya sampai pemerintahan Trump beralih ke Joe Biden.

Dalam jangka panjang, tindakan pembatasan media sosial Presiden sangat berpeluang dikoreksi agar tidak dilakukan lagi.

Ambil contoh pers. Media massa agaknya akan berpikir dua kali untuk memutuskan memboikot acara Trump sekalipun perkataannya dianggap sangat berisiko menimbulkan hasutan kebencian.

Media memiliki mekanisme sensor internal di ruang redaksi, menyeleksinya sebelum sebelum menayangkannya.

Ini berbeda dengan Twitter atau media sosial lainnya.

Kontrol akun ada pada pengguna sehingga manajemen media sosial dalam menghadapi postingan bermasalah hanya memiliki pilihan akhir untuk menghapus atau menutup postingan supaya tidak terlihat oleh publik.

Ini adalah langkah tepat, tetapi sudah terlambat karena menghapus tweet Donald Trump tidak berarti menghapus pikiran pendukung Donald Trump.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun