Penginjilan merupakan proklamasi dari Injil Yesus Kristus yang berkuasa, me-ngena, dan dapat dimengerti, dengan tujuan manusia bertobat dan menerima Tuhan Yesus. Penginjilan atau misi ini tidak dapat lepas dari peran dan tugas gereja, baik gereja secara lembaga maupun gereja sebagai individu. Tempat misi, baik itu desa atau kota bukanlah menjadi fokus utama, melainkan pada penjangkauan jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.
Problematika kehidupan masyarakat yang kompleks menyebabkan tantangan pelayanan yang kompleks juga bagi gereja. Kondisi penduduk yang tidak merata didesa maupun dikota menyebabkan masalah sosial di masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, serta ketersediaan kebutuhan pokok. Dampak pandemic Covid-19 saat inipun memperburuk kondisi ekonomi masyarakat khususnya ekonomi menengah ke bawah.
Persoalan-persoalan ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi gereja. Tantangan pelayanan misi lainnya ialah masalah sikap eksklusif. Banyak gereja yang terperangkap dalam sikap eksklusif dan hidup dalam dirinya sendiri dengan segala kesibukan di dalam gereja yang hanya untuk kepentingan para anggotanya saja. Gereja dilihat sebagai pusat segala kegiatan, sehingga segala sesuatu yang ada di luar dinding gereja dipandang dan dinilai secara apriori. Hal ini menyebabkan makna misi gereja menjadi semakin tidak jelas, oleh karena itu kurang mendapat tekanan dalam hidup berjemaat.
Mengingat gereja juga sebagai pusat proses pendidikan misi, maka penting bagi gereja untuk memberi teladan dan sekaligus men-fasilitasi jemaat untuk mengambil bagian dalam praktik misioligi dalam masyarakat.Pelayanan masyarakat sangat variatif dan kompleks sesuai dengan kondisi daerah masing-masing, maka bentuk pelayanan perkotaan pun membutuhkan banyak variasi. Berikut ini beberapa contoh bentuk pelayanan misi bagi masyarakat :
- Pelayanan pusat konseling. Kompleknya masalah yang dihadapi masyarakat, maka akan sangat mungkin pelayanan ini dibutuhkan untuk membantu individu yang rentan terhadap gangguan mental-psikologis.
- Pelayanan holistic atau sosial. Selain membagi sembako, gereja juga dapat memberikan pelayanan Kesehatan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan
- Pelayanan pusat pelatihan kewirausahaan. Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan bagi masyarakat yang tidak memiliki mata pencaharian, ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan, sehingga dengan pelatihan ini mereka dapat berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
- Pelayanan bantuan belajar bagi anak sekolah. Ditengah situasi pandemic saat ini masalah tidak hanya dihadapi oleh orang dewasa saja tetapi juga anak-anak sekolah yang harus belajar secara daring. Oleh sebab hal ini merupakan kesempatan bagi gereja untuk berperan dalam pendidikan anak, misalnya membuka les bahasa inggris, matematika atau mata pelajaran lain secara gratis dan akan lebih baik lagi bila dilengkapi dengan Wi-Fi.
- Pelayanan bantuan biaya pendidikan.
Peran gereja dalam mengembang Amanat Agung dari Allah sangat penting karena melalui gereja akan tercetak misioner-misioner yang banyak dan handal, sehingga dapat memenuhi panggilan Allah yaitu sebagai penuai-penuai karena tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit (Matius 9:37). Disamping itu gereja harus memiliki kepekaan dalam melihat peluang dan kreatif untuk menciptakan bentuk pelayanan yang tepat ditengah kompleksnya kondisi masyarakat di daerah masing-masing.
Daftar Pustaka :
- Hariyanto GP, Th,M, M.Pd. K., Pengantar Misiologi: Misiologi Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan, Yogyakata, ANDI Offset, 2012
- Trisubekti, Pujiwati,”Pemuridan Misionaris Dalam Rangka Perluasan Gereja Lokal”, Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani, Vol 3, No 2, November 2019 (157-172) http://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe/article/view/126/43