Mohon tunggu...
Isti Annura Hadistiani
Isti Annura Hadistiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030126)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030126)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Religi Masjid Agung Banten

1 April 2024   22:49 Diperbarui: 1 April 2024   22:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kaya akan wisata alam yang indah, Banten juga kaya akan wisata religi. Salah satu tempat wisata religi yang paling terkenal di Banten adalah Masjid Agung Banten. Terletak di Kelurahan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Masjid Agung Banten merupakan salah satu situs peninggalan sejarah Kesultanan Banten yang paling terkenal. 

Masjid ini juga merupakan masjid tertua di Indonesia setelah Masjid Agung Demak. Kompleks Masjid Agung Banten terletak di area seluas kurang lebih 1,3 hektar dan dikelilingi oleh pagar tembok setinggi satu meter. Masjid Agung Banten berbatasan dengan perkampungan penduduk di sebelah utara, barat dan selatan. Di bagian tengah berbatasan dengan Benteng atau Keraton Surosowan, dan di sebelah timur berbatasan dengan Alun-alun.

Masjid Agung Banten didirikan pertama kali pada tahun 1552-1570 oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang saat itu merupakan Raja atau Sultan pertama dari Kesultanan Banten sekaligus anak dari Sunan Gunung Djati. Pembangunan masjid ini tidak terlepas dari instruksi Sunan Gunung Djati kepada putranya, Sultan Maulana Hasanuddin, untuk mencari sebidang tanah yang masih suci sebagai tempat membangun Kerajaan atau Kesultanan Banten. 

Pada akhirnya Sultan Maulana Hasanuddin berdoa dan juga bermunajat kepada Allah SWT agar mendapatkan petunjuk yang tepat tentang tanah yang nantinya akan dibangun kerajaan. Konon katanya, setelah beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT, air laut yang ada di sekelilingnya tiba-tiba pecah dan berubah menjadi daratan. Di lokasi tersebut, Sultan Hasanuddin membangun Kesultanan Banten, atau Kerajaan Banten, beserta fasilitas pendukungnya seperti alun-alun, pasar, dan masjid. Dan berdirinya Masjid Agung Banten merupakan cita-cita Sultan Maulana Hasanuddin untuk memiliki tempat sebagai pusat dari penyebaran agama Islam di wilayah Banten.

Masjid Agung Banten menjadi destinasi yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah untuk beribadah, berziarah, dan melihat sisa-sisa kejayaan dari Kesultanan Banten. Selain itu, Masjid Agung Banten juga sering dijadikan sebagai tempat piknik bersama keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid Agung Banten saat ini tidak hanya digunakan untuk beribadah dan berziarah saja, namun juga dapat digunakan sebagai objek wisata religi maupun berkumpul dengan keluarga.

Sejarah Singkat

Pinterest/Bintoro Hoepoedio
Pinterest/Bintoro Hoepoedio

Masjid Agung Banten pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Masjid Agung Banten memiliki gaya arsitektur yang unik karena merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Cina dan Eropa. Tiga arsitek yang merancang Masjid Agung Banten adalah Raden Sepat dari Jawa, Tjek Ban Tjut dari Cina dan Hendrik Lucaz dari Belanda.

Di bagian dalam bangunan masjid, terdapat empat pilar atau tiang penyangga (saka guru), yang memiliki bentuk arsitektur lokal yang sangat khas karya Raden Sepat. Di ruangan ini terdapat mimbar kuno dengan ukiran indah yang memperkuat nuansa lokal.

Tjek Ban Tjut membuat bangunan utama (masjid) dengan atap bertumpuk lima yang menyerupai pagoda Cina. Atap persegi yang berbentuk bujur sangkar tersebut memiliki tinggi lima tingkat yang berarti melambangkan rukun Islam. Dua atap paling atas merupakan gaya arsitektur Cina. Semakin rendah, atapnya semakin lebar menaungi serambi di sisi utara dan selatan yang merupakan tempat disemayamkannya para ulama dan anggota keluarga kesultanan terdahulu, termasuk Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abu Nasil Abdul Qohhar, Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, dan lain-lain.

Di sebelah timur masjid terdapat menara setinggi 24 meter yang dirancang oleh Hendrik Lucaz. Menara berbentuk segi delapan ini bergaya arsitektur Belanda atau Eropa seperti memiliki tangga spiral, kepala memiliki dua tingkat, dan pintu masuk melengkung di bagian atas. Beberapa orang telah mencoba menafsirkan bentuk menara ini dari sudut pandang Islam. Ada kemungkinan bahwa segi delapan adalah hasil dari pembagian 24 dibagi 3. Dua puluh empat menunjukkan symbol waktu, 24 jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun