(EFIE LINDA & LUKI IMELDA)
Gereja Sebagai Tempat Proses Pendidikan Misi
Gereja harus memiliki visi yang ditangkap dan dikerjakan sebagai perintah dari Allah. Jika gereja tidak mengerjakan visi Allah, maka itu bukanlah gereja tetapi hanya sebuah hanya sebuah organisasi saja. Visi Allah yaitu untuk pergi menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya (Matius 28:19-20) atau dengan kata lain menyatakan kasih Allah melalui pengurbanan Kristus di Kalvari (Markus 16 : 15). Oleh sebab itu sebagaimana arti gereja dalam bahasa Yunani Ekklesia yang berasal dari kata "ek" berarti keluar dari dan "kaleo" yang berarti memanggil, yaitu suatu kelompok yang dipanggil keluar menjadi milik Allah untuk menjalankan misi-Nya. Maka dapat dipahami bahwa gereja memiliki tugas yang sangat vital yang harus dilaksanakan.
Tugas gereja tidak hanya membabtis orang tetapi juga memuridkan, mengajar orang untuk melakukan perintah Tuhan. Sehingga mereka akan menjadi murid yang dapat memuridkan orang lain juga. Harianto GP mengatakan : "Pendidikan adalah sarana yang tepat untuk memotivasi jemaat melakukan penginjilan dan pemuridan. Pendidikan adalah proses internalisasi paham dan nilai kristiani melalui pengalaman, perenungan, aspirasi, penerimaan paham serta nilai dan pengalaman dalam kehidupan. Dalam hal ini penginjilan dan pemuridan sebagai bahan ajar dalam proses pendidikan dalam jemaat."
Jadi gereja local menjadi pusat penginjilan dan pemuridan sehingga dapat bertumbuh karena melakukan pelayanan yang seimbang. Menurut Tribekti, Pujiwati pendidikan misi yang dilakukan oleh gereja itu akan berdampak positif terhadap gereja local.
"Pemuridan misoner menjadi kunci untuk menciptakan tenaga misi dalam rangka memperluas pengembangan gereja lokal."
Karena dengan bertambahnya tenaga misi maka akan muncul gereja-gereja perintisan yang baru, sehingga akan banyak jiwa yang dimenangkan dan dimuridkan untuk Tuhan.
Pratik Misi Gereja di tengah Masyarakat
Penginjilan merupakan proklamasi dari Injil Yesus Kristus yang berkuasa, me-ngena, dan dapat dimengerti, dengan tujuan manusia bertobat dan menerima Tuhan Yesus. Penginjilan atau misi ini tidak dapat lepas dari peran dan tugas gereja, baik gereja secara lembaga maupun gereja sebagai individu. Tempat misi, baik itu desa atau kota bukanlah menjadi fokus utama, melainkan pada penjangkauan jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.
Problematika kehidupan masyarakat yang kompleks menyebabkan tantangan pelayanan yang kompleks juga bagi gereja. Kondisi penduduk yang tidak merata didesa maupun dikota menyebabkan masalah sosial di masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, serta ketersediaan kebutuhan pokok. Dampak pandemic Covid-19 saat inipun memperburuk kondisi ekonomi masyarakat khususnya ekonomi menengah ke bawah.
Persoalan-persoalan ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi gereja. Tantangan pelayanan misi lainnya ialah masalah sikap eksklusif. Banyak gereja yang terperangkap dalam sikap eksklusif dan hidup dalam dirinya sendiri dengan segala kesibukan di dalam gereja yang hanya untuk kepentingan para anggotanya saja. Gereja dilihat sebagai pusat segala kegiatan, sehingga segala sesuatu yang ada di luar dinding gereja dipandang dan dinilai secara apriori. Hal ini menyebabkan makna misi gereja menjadi semakin tidak jelas, oleh karena itu kurang mendapat tekanan dalam hidup berjemaat.
Mengingat gereja juga sebagai pusat proses pendidikan misi, maka penting bagi gereja untuk memberi teladan dan sekaligus men-fasilitasi jemaat untuk mengambil bagian dalam praktik misioligi dalam masyarakat.Pelayanan masyarakat sangat variatif dan kompleks sesuai dengan kondisi daerah masing-masing, maka bentuk pelayanan perkotaan pun membutuhkan banyak variasi. Berikut ini beberapa contoh bentuk pelayanan misi bagi masyarakat :
- Pelayanan pusat konseling. Kompleknya masalah yang dihadapi masyarakat, maka akan sangat mungkin pelayanan ini dibutuhkan untuk membantu individu yang rentan terhadap gangguan mental-psikologis.
- Pelayanan holistic atau sosial. Selain membagi sembako, gereja juga dapat memberikan pelayanan Kesehatan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan
- Pelayanan pusat pelatihan kewirausahaan. Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan bagi masyarakat yang tidak memiliki mata pencaharian, ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan, sehingga dengan pelatihan ini mereka dapat berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
- Pelayanan bantuan belajar bagi anak sekolah. Ditengah situasi pandemic saat ini masalah tidak hanya dihadapi oleh orang dewasa saja tetapi juga anak-anak sekolah yang harus belajar secara daring. Oleh sebab hal ini merupakan kesempatan bagi gereja untuk berperan dalam pendidikan anak, misalnya membuka les bahasa inggris, matematika atau mata pelajaran lain secara gratis dan akan lebih baik lagi bila dilengkapi dengan Wi-Fi.
- Pelayanan bantuan biaya pendidikan.
Peran gereja dalam mengembang Amanat Agung dari Allah sangat penting karena melalui gereja akan tercetak misioner-misioner yang banyak dan handal, sehingga dapat memenuhi panggilan Allah yaitu sebagai penuai-penuai karena tuaian banyak tetapi pekerjanya sedikit (Matius 9:37). Disamping itu gereja harus memiliki kepekaan dalam melihat peluang dan kreatif untuk menciptakan bentuk pelayanan yang tepat ditengah kompleksnya kondisi masyarakat di daerah masing-masing.
Daftar Pustaka :
- Hariyanto GP, Th,M, M.Pd. K., Pengantar Misiologi: Misiologi Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan, Yogyakata, ANDI Offset, 2012
- Trisubekti, Pujiwati,”Pemuridan Misionaris Dalam Rangka Perluasan Gereja Lokal”, Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani, Vol 3, No 2, November 2019 (157-172) http://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe/article/view/126/43