Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

G-Squad di Tengah Masyarakat Minim Gerak

7 Januari 2019   00:22 Diperbarui: 7 Januari 2019   01:04 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membandingkan Kehidupan di Kota dan Di Desa

Belum lama ini, saya kembali ke desa tempat di mana saya dibesarkan. Berbeda dengan di Ibukota. Kehidupan di sana sederhana. Jika di Ibukota ada jutaan perusahaan yang dapat diincar untuk mendapatkan gelar staff, maka di desa ada jutaan hektar sawah yang dapat digarap untuk menyandang sebutan Petani.

Jam kerjanya hampir bisa dikatakan sama, jam 07.00 -- 17.00 sudah termasuk perjalanan pergi dan pulang. Bedanya, di desa mudah sekali mendapatkan keringat karena pekerjaan para Petani tersebut mengharuskan mereka menggunakan otot. Tenang saja, meski dominan mengandalkan otot, para Petani juga bekerja dengan otak demi mendapatkan hasil panen yang maksimal.

Dengan banyaknya gerakan yang dilakukan, tak heran masyarakat bebas mengonsumsi apapun tanpa perlu khawatir akan terkena penyakit tertentu. Meski demikian, tetap ada aturan yang dijalankan oleh pribadi mereka masing-masing. Seperti aturan tak tertulis namun harus dilakukan, yakni batasan konsumsi makanan berlemak atau daging-dagingan bagi mereka yang telah berselimutkan angka 50 tahun ke atas.

Jika di desa ada banyak sekali aktivitas yang membantu masyarakatnya untuk berkeringat dan hidup sehat, maka seharusnya masyarakat Ibukota juga bisa menerapkan hal yang sama. Sama dalam arti kegiatan yang menghasilkan keringat ya, karena bertani bukan tempat yang tepat dilakukan di Jakarta.

  • Menggunakan lift saat akan turun ke lantai dasar,
  • Membeli makanan sendiri,
  • Lari pagi di seputaran rumah di pagi hari,
  • Turun beberapa ratus meter dari lokasi tujuan saat menggunakan jasa ojek online dan berjalan kaki untuk menyelesaikan perjalanan,
  • Manfaatkan tangga jika ingin turun hanya satu dua lantai saja, tidak meminta bantu OB untuk melakukan hal-hal ringan seperti fotocopy dokumen,
  • Bertaman di saat libur
  • Bersih-bersih rumah

Di atas adalah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menghasilkan keringat sehari-hari. Tidak terlalu berat, namun jika dilakukan secara rutin setiap harinya, rasanya jika diakumulasikan berjalan 30 menit setiap harinya sesuai yang dianjurkan oleh Kemenkes tentu bisa terealisasi, bukan?

G-Squad untuk Masyarakat yang Minim Gerak

Di tengah masyarakat yang minim gerak ini, dibutuhkan sesuatu sebagai jembatan untuk mengeksplore diri agar lebih memberi hati untuk bergerak lebih banyak.

Sebagai perempuan, saya pernah mengikuti serangkaian senam aerobik yang katanyaa dapat mempertahankan tubuh tetap bugar dan sehat tanpa terlebih dahulu memberikan edukasi seperti pengenalan tentang senam yang akan saya jalani ini.

Karena buta tentang informasi dan rasanya seru-seru saja melihat gerakan-gerakan tersebut, ya sudah, saya ikuti saja. Masih hari pertama, nafas tentu saja ngap-ngapan. Jelas! Sudah lama sekali setelah saya melakukan olahraga berat sekelas Tae Kwon Do. Hari kedua sama, bahkan rasanya pandangan sampai berputar saking pusingnya. Tubuh saya kaget tapi instruktur tidak memberikan aba-aba apapun terkait dengan banyaknya gerakan yang tiba-tiba diterima oleh tubuh. Tak ingin limbung, saya keluar dari barisan dan jadi penonton saja sampai senam usai dilaksanakan.

Saya tidak tahu ada berapa banyak kalori yang telah terbakar, saya tidak tahu pola makan yang bagaimana yang dapat mengimbangi banyaknya kalori yang keluar akibat gerakan yang saya lakukan, saya tidak tahu seperti apa aturannya agar tubuh tidak terlalu shock dengan tingginya gerakan yang tiba-tiba. Semua itu tidak disampaikan pada saya sementara belakangan saya ketahui, seharusnya seorang instuktur harus memberikan edukasi terlebih dahulu sebelum semua latihan dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun