Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks Hari Kasih Sayang yang Aku Alami

20 Februari 2018   08:56 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:55 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota keluarga Surodi Kraman tengah melepas rindu. Foto | Dokpri

"Kenapa sih, banyak kan lebih baik," jawab Mbak Sus, panggilan akrab Mbak Susi kepada para anggota keluarga besar.

Isteriku selalu mengingatkan kakaknya agar sekali ini menyuguhkan makanan tidak terlalu banyak. Pasalnya, undangan yang sudah disebarkan meski jumlahnya di atas 50-an, yang datang diperkirakan tidak lebih dari hitungan jari. Sedikit.

Namun, Mbak Sus selalu -- dengan tim memasak dukungan para keponakannya -- masak dengan menu beragam, jumlahnya lebih dari yang diperkirakan. Pertimbangan Mbak Sus adalah jangan sampai para tamu merasa kecewa.

Mungkin ia berfikir, enak makan (membuat) hati siapa pun menjadi senang. Karena merasa senang, tertawa ria dalam suasana kasih sayang makin terasa. Singkat kata, hati senang dan rejeki pun datang.

Realitasnya, apa yang diperkirakan isterku benar terjadi. Makanan yang tersedia dan pantas untuk dikonsumsi untuk sebuah hajatan pesta, hanya didatangi tamu segelintir orang.

Sedih!

Peristiwa ini terjadi pada pertemuan silaturahim rutin Paguyuban Keluarga Besar Surodi Kraman belum lama ini. Undangan acara ini disampaikan melalui pos dan ditandatangani Endang Indonesehati selaku sekretaris.

Di zaman now, undangan masih dikirim melalui pos ke rumah. Mengapa tidak melalui WhatsApp atau WA, karena di era kini banyak orang menggunakan gawai. Soal cara pengiriman melalui pos itu kadang jadi bahan pemikiran.

"Kan, ada sarana yang lebih praktis," tanyaku dalam hati.

Hitunganku, hanya 10 orang undangan yang hadir. Sekitar lima di antara tamu undangan itu adalah para orang tua yang rata-rata sudah mendekati 60-an hingga 80 tahun ke atas.

Membaca doa untuk keselamatan anggota keluarga. Foto | Dokpri
Membaca doa untuk keselamatan anggota keluarga. Foto | Dokpri
Di wajah para orang tua itu kupandangi satu per satu. Sepertinya mereka menyimpan rindu akan anggota keluarga, kabar tentang anak cucu mereka. Para orang lansia itu rindu ingin memandangi sanak-familinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun