Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Social Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya. Tiga buku terakhir nya: (1) 'Membaca Identitas, Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas: Suatu Tinjauan Filsafat dan Psikologi' (Gramedia Pustaka Utama, 2023); (2) 'Teori Peran, Konsep, Derivasi dan Implikasi di Era Transformasi Sosio-Digital' (Zifatama Jawara, 2025), dan (3) 'Kecerdasan Jamak, Keberagaman dan Inklusivitasnya' (Zifatama Jawara: 2025).

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

PHK Massal dan Tagar "Kabur Aja Dulu"

18 Februari 2025   14:52 Diperbarui: 18 Februari 2025   14:44 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Sandwitch dan PHK (Sumber: Freepik/Koleksi Edy Suhardono

Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kembali mencuat di berbagai sektor industri, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja dan pengamat ekonomi. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian global dan perubahan lanskap bisnis akibat digitalisasi. Apakah PHK massal adalah keniscayaan, atau adakah solusi alternatif yang dapat ditempuh?

Generasi Sandwich: Terjepit Antara Tanggung Jawab dan Ketidakpastian

Generasi sandwich, yang umumnya berusia antara 30-an hingga 50-an, kini menghadapi tekanan yang semakin besar. Mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk menghidupi keluarga inti, tetapi juga seringkali harus menanggung beban finansial orang tua yang memasuki usia senja.

Arnett (2000) dalam teorinya tentang emerging adulthood menjelaskan bahwa generasi ini seharusnya berada dalam fase produktif dan mapan secara finansial. Namun, menghadapi ancaman PHK dan ketidakpastian ekonomi, banyak dari mereka yang merasa terjebak dan kehilangan harapan.

Twenge (2006) menemukan bahwa generasi dewasa saat ini cenderung lebih rentan terhadap stres dan depresi akibat tekanan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Fenomena burnout di tempat kerja juga semakin umum terjadi, terutama di kalangan generasi sandwich yang bekerja keras untuk memenuhi berbagai tuntutan (Maslach et al., 2001).

Selain itu, generasi ini juga menghadapi tantangan disrupsi teknologi yang memaksa mereka untuk terus belajar dan beradaptasi agar tidak tertinggal. Namun, tidak semua memiliki kesempatan atau sumber daya untuk meningkatkan keterampilan mereka. Di tengah berbagai tantangan ekonomi dan sosial yang kompleks, muncul pertanyaan krusial: bagaimana generasi sandwich dapat bertahan dan bahkan berkembang di era ketidakpastian ini, ataukah PHK massal akan semakin memperburuk kondisi mereka?

Automasi: Antara Ancaman dan Peluang

Automasi dan digitalisasi, yang seharusnya meningkatkan efisiensi dan produktivitas, justru menjadi momok bagi sebagian pekerja. Brynjolfsson dan McAfee (2014) berpendapat bahwa kemajuan teknologi telah menciptakan skills-biased technological change, di mana keterampilan tertentu menjadi lebih berharga, sementara keterampilan lainnya menjadi usang.

Akibatnya, pekerja dengan keterampilan yang tidak relevan terancam kehilangan pekerjaan mereka. Frey dan Osborne (2013) memperkirakan bahwa hampir separuh dari pekerjaan di Amerika Serikat berisiko tinggi untuk diotomatisasi dalam beberapa dekade mendatang.

Namun, sebagian ahli berpendapat bahwa automasi juga dapat menciptakan peluang baru, seperti pekerjaan yang terkait dengan pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan teknologi (Autor, 2015). Masalahnya, tidak semua pekerja memiliki akses ke pelatihan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan baru tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun