Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (13. Perintah Tuan Raffles)

26 Januari 2022   21:03 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:05 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

                "Misi kedua Inggris, harus berhasil" ungkapku dan Arthur pun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sepertinya dia  juga  tidak rela, dimana misi pertama telah digagalkan oleh kerajaan di utara Borneo itu. Suatu hal yang sangat mempermalukan kerajaan Inggris sebagai negeri penguasa samudra.

                Surat tersebut seperti langsung menjadi energi baru kami, menghilangkan sekat-sekat yang melibatkan rasa antara aku, Arthur dan Mayang. Dibalik kepastian keberangkatan akan misi kedua, jauh dari lubuk hati yang paling dalam ada sedikit rasa gentar. Sangat jarang ditemui pertarungan dimana armada kapal Inggris dikalahkan dengan sangat memalukan. Tetapi aku tidak akan berpaling. Tidak ada kata mundur,itu berarti sama saja aku membunuh karirku sebagai seorang tentara  angkatan laut Inggris  yang mulai kubangun sejak berusia 16 tahun.

Pelayaran kedua ini kupastikan tidak akan gagal. Kegagalan ekspedisi  pertama di Kerajaan Sambas Darussalam pada Oktober 1812 tahun lalu tidak akan kuulangi. Kapal layar kembali dalam keadaan rusak berat dan awak kapal sebagian besar menjadi korban. Kuakui perjalanan nanti tidak akan mudah. Cuaca ekstrim saat angin kencang musim barat yang bisa mengombang ambingkan salah satu kapal layar perang  Commando terbaik yang dipunyai kerajaan Inggris.

Kembali langsung terbayang olehku sebuah negeri dengan pepohonan besar yang menghijau. Sungai nan dalam berkelok-kelok dan tanahnya mengandung emas disetiap jengkal tanahnya. Sebuah kerajaan di wilayah Hindia Belanda yang sebelumnya telah diserahkan penguasa Belanda sebelumnya kepada Inggris, yang tertuang dalam perjanjian Tuntung tahun 1811.

Dengan waktu tersisa kurang dari seminggu ini aku berusaha kembali membuka dokumen-dokumen penting tentang Kerajaan Sambas Darussalam. Usaha untuk mengenal medan tempur dengan baik selama ini tentu akan membuatku menang selangkah dibanding musuh. Dokumen-dokumen tersebut kudapatkan dari kerajaan Inggris. Beberapa catatan-catatan penting berasal dari goresan pena seorang pejabat penting VOC Belanda yang diberikan tugas khusus untuk itu. Dibawah ini akan kucoba rangkum kembali sebelum hari keberangkatan itu dimulai.

Kisah Kerajaan Sambas Darussalam sungguhlah mahsyur. Banyak catatan kerajaan itu kukumpulkan dari goresan pena Tuan Deandels yang sebelumnya sangat rapi menyimpan surat-surat dari utusan-utusan khususnya. Ia adalah seorang gubernur jenderal Belanda di Batavia. Catatan penting lain juga sebelumnya kudapatkan dari Tuan Raffles petinggi Inggris saat ini, seorang yang juga sangat fasih berbahasa Melayu. Untuk melengkapi cerita Kerajaan Sambas Darussalam berusaha kukumpulkan catatan perjalanan  dari pedagang--pedagang  Eropa terutama semenjak aku menginjakkan kaki di Batavia. Dari informasi-informasi tersebut telah membuat kepercayaan diriku semakin yakin akan dapat mensukseskan harapan terbesar Tuan Raffles.

Kerajaan Sambas Darussalam yang setiap lapisan tanahnya mengandung emas, sebuah karunia tuhan yang luar biasa. Emas ternyata telah menarik kerajaan lainnya dan berbagai bangsa untuk mengadakan hubungan perdagangan. Diatas tanah yang mengandung emas, juga banyak ditumbuhi kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dan goa-goa dengan sarang burung layangnya yang bernilai ekonomi tinggi. Komoditas tersebut sering dibawa keluar dari Sambas Darussalam untuk ditukar dengan garam, tembakau, kain, porselin dan bahkan candu. Pedagang berdatangan dari empat penjuru mata angin seperti bangsa-bangsa Eropa, Arab, Cina, beserta kerajaan lainnya dalam wilayah Hindia Belanda. Kapal layar hilir mudik untuk berbagai keperluan disungainya yang dalam untuk mengantar orang-orang dari segela penjuru. Dengan pasokan berbagai bahan baku yang sangat laku didunia telah menjadikan Kerajaan Sambas Darussalam ramai dan sibuk.

Berdasarkan catatan terkini yang kudapatkan, Raja Dato Aurum penguasa kerajaan Sambas saat ini, sangat taat menjalankan syariat Islam. Seorang penguasa yang gagah berani serta tidak gentar untuk melakukan perang darat maupun samudra demi mempertahankan setiap jengkal wilayahnya.

Ketegasan perang diambil saat kapal-kapal layar asing tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Melanggar aturan berarti merendahkan martabat raja. Hal yang sering dilanggar adalah tidak membayar pajak dagang. Tetapi, pihak-pihak luar tetap terus berupaya merebut kendali  perdagangan mulai dengan cara halus bahkan sampai dengan berani mengobarkan perang terbuka.

Bersedia payung sebelum hujan adalah pepatah Melayu yang terkenal. Armada laut memang telah disiapkan khusus oleh raja untuk menumpas siapa saja atau pemberontak yang tidak mau tunduk dengan aturan raja. Jalan perang tidak jarang diambil karena pedagang yang awalnya datang secara baik untuk berdagang, kemudian akhirnya tergoda untuk menguasai pasokan komoditas utama emas.

Dua armada kapal secara khusus disiapkan raja sebagai kekuatan utama dalam menundukkan dan menggempur lawan yang berani membangkang kepada aturan yang telah dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun