Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Cara Mengatasi Masalah Keuangan Keluarga, Yuk Periksa di Hulu dan di Hilir!

15 Maret 2024   10:26 Diperbarui: 16 Maret 2024   04:29 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatasi masalag keuangan keluarga. (Dok iStock/Ivan Balvan via parapuan.co)

Ada orang yang mengatakan bahwa ia sudah berusaha hidup irit, hidup hemat, tetap saja uang yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Yang lain bilang, sudah membanting tulang, bekerja keras, tetap saja pendapatan segitu-segitu saja, tidak kunjung naik.

Terhadap masalah seperti ini, mari kita coba menganalisisnya dengan pendekatan berpikir analitis (analytical thinking). 

Berpikir analitis adalah sebuah cara berpikir yang terstruktur, mengandalkan data dan informasi, memecah dan mencermati persoalan hingga ke bagian-bagian kecil, menemukan pola tertentu, mengambil keputusan hingga mengeksekusinya.

Pendekatan ini sangat dianjurkan karena akan menuntun orang dalam memecahkan masalah secara efektif dan efisien, termasuk terhadap masalah keuangan.

Mengidentifikasi Masalah


Dengan pendekatan itu, mari identifikasi terlebih dahulu apa yang menjadi masalah sesungguhnya.

Mengapa sudah bekerja keras, tapi tidak kunjung bertambah pendapatan? Mengapa merasa sudah berupaya hidup irit, tapi masih juga merasa kekurangan uang?

Dengan pendekatan analitis, kita akan memastikan masalahnya terlebih dahulu. Ada dua masalah finansial ini yang mungkin sedang dihadapi: masalah di hulu atau di hilir.

Menggali Data dan Informasi

Di hulu atau di sisi pendapatan, kemungkinan pendapatan yang diperoleh memang sangat terbatas sehingga tidak mencukupi berbagai kebutuhan keluarga. Di hilir, di sisi pengeluaran, kebutuhan belanja tidak bisa dipenuhi kendati sudah berpola hidup sederhana.

Nah, anggaplah kita sepakat bahwa masalahnya adalah faktor pendapatan yang sangat terbatas dan faktor pengeluaran yang tidak sebanding dengan pendapatan. Ini menjadi faktor penyebab yang yang akan kita cek dan pastikan kebenarannya.

Masih berdasarkan pendekatan analitis, kita akan mengamati aspek yang berada di hulu tadi, yaitu pada keterbatasan pendapatan dan di hilir yaitu aspek pengeluaran.

Setelah itu, kita gali informasi dan data secara detail tentang kedua aspek ini, baik yang di hulu maupun yang di hilir.

Dengan informasi dan data yang kita gali, kita akan dapat mengetahui kebenarannya: apa yang sesungguhnya menjadi masalah sehingga kita bisa menetapkan solusi nantinya.

Kemudian, setelah mengorek informasi baik dari diri diri sendiri secara jujur dan orang-orang terdekat, kemungkinan akan ada dua persoalan utama pada pengelolaan keuangan kita selama ini.

Mengatasi masalah keuangan keluarga (Sumber gambar:SuaraBaru.id).
Mengatasi masalah keuangan keluarga (Sumber gambar:SuaraBaru.id).

Mengatasi Masalah di Hulu

Pertama, benar bahwa pendapatan yang diperoleh sangat kecil, sehingga belum mencukupi kebutuhan keluarga yang paling dasar sekalipun.

Jika demikian halnya, maka tiada pilihan lain selain mencari dan menemukan sumber pendapatan di luar pendapatan atau penghasilan utama. Misalnya, dengan mengambil pekerjaan sampingan.

Ada banyak jenis pekerjaan sampingan yang bisa dilakukan yang mungkin ada di sekitar kita. Usahakan agar pekerjaan sampingan ini tidak mengganggu pekerjaan utama.

Contohnya, menjadi reseller atau dropshipper suatu produk. Kaum ibu banyak yang menambah uang dapurnya dengan melakukan pekerjaan sampingan jenis ini. Lumayan hasilnya untuk menutupi kekurangan keuangan keluarga setiap bulannya.

Bisa pula menjadi content writter, blogger, youtuber, dan sejenisnya. Yang lain memilih menambah penghasilan dengan beternak ikan lele atau ikan koi di pekarangan rumah untuk dijual. Ditambah lagi dengan menanam tanaman untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan dapur, seperti cabai, kunyit, jahe, sayur-mayur, dan lainnya sehingga tidak lagi mesti membelinya di pasar.

Kalau pekerjaan yang dipilih tersebut ditekuni, penulis yakin akan bisa menambah penghasilan keluarga. Jadi, penghasilannya tidak lagi "segitu-segitu" saja.

Ini hanya beberapa pilihan. Setiap orang dapat mencari dan menemukan apa yang bisa dilakukan untuk menambah penghasilan sekaligus mengisi waktu di sela-sela pekerjaan utama. Yang penting ada niat yang dibarengi usaha yang sungguh-sungguh.

Terkait ini, Dr. David J. Schwartz, penulis buku The Magic of Thinking Success, menganjurkan, "Pusatkan tenaga dan disiplin Anda untuk menghasilkan uang. Mengumpulkan uang bukanlah pengorbanan. Itu hanya cara Anda untuk mencapai tujuan yang berharga -- kebebasan keuangan."

Memecahkan Masalah di Hilir

Selanjutnya, mari kita periksa yang berkaitan dengan aspek pengeluaran keuangan. Seperti disinggung di atas, adakah pengeluaran yang sebetulnya tidak perlu, tapi dilakukan juga? Untuk ini, silakan cek dan teliti pengeluaran bulanan selama ini.

Pastikan bahwa setiap rupiah yang keluar benar-benar merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Artinya, jika kebutuhan itu tidak dipenuhi, maka akan menimbulkan masalah. Fokuslah hanya pada pengeluaran yang berkaitan pada kebutuhan dasar.

Dengan meneliti aspek pengeluaran, maka mungkin kita akan menemukan pengeluaran yang tidak perlu yang selama ini kita lakukan. Ada inefisiensi di sana-sini.

Pengeluaran yang tidak perlu adalah pengeluaran yang jika tidak dilakukan tidak akan berakibat negatif apapun, bahkan  lebih menyehatkan keuangan kita. Pengeluaran yang tidak perlu seperti ini harus dipangkas.

Misalnya, kita perlu mengurangi kebiasaan makan di luar rumah bersama keluarga. Kalau sebelumnya, maka di luar sebulan dua kali, mungkin cukup dilakukan 3 bulan sekali.

Cara lainnya, mengurangi pengeluaran untuk pembelian rokok. Kalau sebelumnya membeli dua sampai tiga bungkus per hari, mungkin cukup setengah bungkus per hari jika belum bisa menghilangkan kebiasaan ini sepenuhnya.

Cara lainnya lagi, mengekang diri untuk tidak larut pada nafsu membeli hampir setiap kemunculan produk baru, seperti handphone dan pakaian baru.

Hindari juga kemungkinan menjadi korban impulsive buying, yaitu berbelanja secara tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya. Ini sangat membahayakan keuangan keluarga kalau tidak mampu dikendalikan.

Apalagi dengan menggunakan fasilitas kartu kredit yang sangat memudahkan bagi siapa pun untuk berbelanja dan... membuat utang. Ingatlah bahwa kartu kredit di tangan bisa menjadi pisau yang membunuh kemakmuran pemiliknya di masa datang.

Untuk mencegah hal ini, maka sebelum membeli, perlu dipikirkan apakah yang akan dibeli itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan? Perlu berhati-hati dan selektif dalam pengeluaran uang agar tidak menyesal kemudian.

Dengan mencermati secara detail aspek pengeluaran, kita akan dapat memastikan belanja kita: mana yang benar-benar harus dibeli, dan mana yang perlu dihapus atau dipangkas. Ini sangat penting untuk menghemat pengeluaran.

Menuju Keseimbangan Keuangan

Nah, dengan dua pendekatan di hulu dan di hilir -- dari sisi pendapatan dan pengeluaran ini, maka kita sedang menuju proses keseimbangan finansial. Ini merupakan upaya yang mengarah pada keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran pada keuangan keluarga.

Kalau hal ini dilakukan dengan penuh komitmen dan secara konsisten, maka bukan mustahil nantinya akan muncul surplus pada sisi pendapatan yang bisa digunakan untuk menabung atau berinvestasi.

Selamat mengelola keuangan keluarga secara bijak.

(I Ketut Suweca, 15 Maret 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun