Sama dengan Conjoyment
Salah satu negara yang dikunjungi adalah Swiss. "Swiss itu efisien dan tepat waktu. Juga, kaya dan nyaris tidak ada pengangguran. Dan, oh, udaranya bersih. Jalan-jalannya nyaris tak bernoda. Dan, jangan lupa, cokelatnya yang lezat dan berlimpah. Tapi, kebahagiaan?" demikian tulis Weiner dalam buku ini.
Orang Swiss yang pada umumnya pendiam bahkan ada yang menyebut sebagai "kikir informasi" ini, memiliki tingkat kebahagiaan yang bisa diramu ke dalam sebuah ungkapan yang mewakili kebahagiaan yang dirasakan masyarakatnya.
Penulis buku ini menyebut sebuah kata yang cocok untuk menggambarkan kebahagiaan masyarakat Swiss.
"Sesuatu yang lebih dari kesenangan (contentment) tetapi kurang dari penuh kegembiraan (full-on joy). Kata yang tepat adalah conjoyment, kata yang menggabungkan contentment dan joy. Kata ini menggambarkan semua jenis situasi di mana masyarakat Swiss merasa bergembira tetapi sekaligus tenang.
Masyarakat Buthan yang Bahagia
Bagaimana konsep kebahagiaan orang Bhutan? Weiner lalu membandingkan daerah asalnya, Amerika, dengan Bhutan. "Di Amerika hanya beberapa orang yang bahagia, tetapi semua orang terus-menerus berbicara tentang kebahagiaan. Di Bhutan, sebagian besar orang bahagia, tetapi tidak ada orang yang membicarakannya."
Dikatakan, rakyat Bhutan memandang kebahagiaan adalah sesuatu yang amat berbeda dengan dengan versi wajah tersenyum bersemangat yang dipraktikkan di Amerika Serikat.
Bagi rakyat Bhutan, kebahagiaan adalah usaha bersama. Kebahagiaan adalah upaya bersama-sama untuk mencapainya dan menikmatinya. Tidak ada kebahagiaan pribadi. Semua kebahagiaan itu berhubungan.
Terkait kebahagiaan pula, orang Buthan sangat menjaga adat budaya dan alamnya. Mereka menyatu dengan alam lingkungan dan berupaya untuk menjaga dan melestarikan budayanya secara turun-temurun.
Mari kita lihat dari tulisan semacam puisi yang tertera di sisi sebuah jalan di Bhutan.